Harga minyak bergerak bervariasi cenderung menurun pada pagi hari ini (6/3). Untuk mendorong harga di tengah wabah virus corona, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengusulkan untuk memangkas produksi dalam jumlah besar.
Berdasarkan ata Bloomberg, pada pukul 08.13 WIB Kamis (5/3), harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 2,23% ke level US$ 49,99 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 naik tipis 0,63% ke level US$ 46,19 per barel.
Untuk mendorong harga minyak, OPEC dan Rusia atau dikenal OPEC+ sudah memotong produksi 1,7 juta barel per hari, yang akan berlangsung hingga akhir Maret. Namun, itu saja tak cukup.
Wabah virus corona terus meluas dari Tiongkok ke Amerika Serikat (AS), Eropa, Timur Tengah, Korea Selatan, dan bahkan Indonesia. OPEC khawatir hal ini akan membuat permintaan minyak semakin menurun, sehingga menekan harga.
(Baca: Virus Corona Meluas ke AS dan Eropa, Harga Minyak Butuh Sokongan OPEC)
Karena itu, Arab Saudi usul untuk menambah pemotongan produksi minyak satu juta barel. Tambahan itu juga melebihi usulan awal 600 ribu barel per hari.
Kini, menurut sumber Reuters, OPEC bahkan sepakat menambah pemotongan produksi minyak 1,5 juta barel per hari pada pertemuan di Wina, Austria, kemarin. Namun, Rusia belum mengambil keputusan terkait usulan itu.
Rusia sejauh ini mengindikasikan akan mendukung perpanjangan daripada pengurangan produksi yang lebih dalam. "Rusia telah menyeret kakinya dalam melakukan pemotongan lebih banyak," kata analis Capital Economics dalam suatu catatan, dikutip dari Reuters, Jumat (6/3).
Ia memperkirakan, negosiasi di antara anggota OPEC+ hari ini cenderung lebih kontroversial dibanding kemarin. “Yang mengatakan, risiko pandemi telah meningkat pada minggu lalu, dan ini dapat membujuk Rusia untuk menyetujui pemotongan tambahan,” katanya.
(Baca: Suku Bunga AS Dipangkas, Harga Minyak Naik di Tengah Wabah Corona)
Di satu sisi, Rusia menyatakan siap secara finansial untuk mengatasi penurunan harga minyak. Namun, Menteri Keuangan Anton Siluanov belum memprediksi dampak pengurangan produksi yang lebih dalam terhadap perekonomian negaranya.
Vice President Wood Mackenzie Ann-Louise Hittle memperkirakan, permintaan minyak dunia turun 2,7 juta barel per hari pada kuartal pertama tahun ini. “Ini adalah penurunan besar, dan ini menunjukkan skala masalah yang dihadapi OPEC+,” kata dia.
Rystad Energy yang berbasis di Oslo pun memangkas proyeksi permintaan minyak global sepanjang 2020, dari 820 ribu menjadi 500 ribu barel per hari. (Baca: Virus Corona Tekan Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah dalam 5 Tahun)
Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan penyebaran virus corona menghancurkan harapan bahwa ekonomi global bisa tumbuh lebih tinggi tahun ini. Hal ini menjadi salah satu pertanda permintaan minyak akan semakin menurun.