Laba Saudi Aramco Turun 21% Seiring Anjloknya Harga Minyak Dunia

Katadata
Ilustrasi, logo Saudi Aramco. Laba bersih Saudi Aramco pada tahun lalu turun hingga 21% karena anjlok harga minyak.
16/3/2020, 10.36 WIB

Laba bersih perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco pada tahun lalu turun hingga 21%. Hal itu dipengaruhi harga minyak yang anjlok dan turunnya produksi perusahaan.

Mengutip Reuters pada Senin (16/3), Aramco membukukan laba bersih 330,69 miliar riyal atau US$ 88,11 setelah dipotong zakat dan pajak pada periode yang berakhir 31 Desember 2019, turun dari 416,52 miliar riyal pada 2018.

Padahal para analis memperkirakan laba bersih Aramco dapat mencapai 346,6 miliar riyal atau US$ 92,35 miliar riyal pada 2019. Proyeksi ini merupakan perkiraan 15 analis yang disurvei oleh Refinitiv.

Biarpun begitu, Aramco tetap menjadi perusahaan paling menguntungkan di dunia, mengalahkan perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Exxon Mobil Corp dan Apple Inc, yang menghasilkan US$ 55 miliar pada tiap tahunnya.

Kepala penelitian di Al Rajhi Capital Mazen al-Sudairi menilai Aramco dapat mempertahankan dividen yang baik dengan harga minyak mentah Brent di lebel US$ 40 atau bahkan US$ 20 per barel meskipun hambatan ekonomi dan harga minyak masih di bawah tekanan.

(Baca: OPEC Plus, Jurus Lima Pendekar Flamboyan dalam Perang Minyak)

Di sisi lain, Aramco berencana memangkas belanja modal pada tahun ini di kisaran US$ 25-30 miliar dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 32,8 miliar. Keputusan tersebut diambil karena kondisi pasar dan volatilitas harga minyak imbas wabah virus corona.

CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pihaknya telah mengambil langkah langkah untuk merasionalisasi rencana belanja modal pada tahun depan. Menurut dia, penyebaran virus corona yang cepat menggambarkan pentingnya kemampuan beradaptasi di pasar global.

Biarpun Saudi Aramco memangkas belanja modal, Arab Saudi tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi sebagai langkah perang harga minyak dengan Rusia. Harga minyak pun semakin tertekan

Arab Saudi memang telah lama bertindak sebagai produsen terbesar pasar minyak global dan satu-satunya negara yang mampu secara substansial dan cepat memotong atau meningkatkan produksi sesuai permintaan dan harga. Pada tahun lalu, Aramco mengklaim memiliki total produksi hidrokarbon sebesar 13,2 juta barel oil per day (BOPD) dibandingkan dengan 13,6 juta barel BOPD pada 2018. 

Perusahaan minyak raksasa itu pun berhasil mungumpulkan dana segar sebesar US$ 29,4 miliar dalam penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada Desember 2019. Biarpun begitu,, saham aramco anjlok 1,6% pada 28,55 riyal atau 10,3% di bawah harga IPO yang sebesar 32 riyal.

(Baca: Pertamina Tunggu Tawaran Aramco untuk Kilang Cilacap hingga Maret 2020)

Reporter: Verda Nano Setiawan