Pertamina tak kunjung memulai pengembangan kilang Cilacap. Sebab, perusahaan belum juga mencapai kesepakatan dengan Saudi Aramco.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya masih menanti kesepakatan dengan Aramco hingga akhir bulan ini. "Kami lihat sampai April 2020. Kalau tidak sampai sepakat, tidak menutup kemungkinan mencari mitra lain," kata Nicke dalam video conference pada Jumat (3/4).
Sambil menunggu kesepakatan dengan Aramco, Nikce menyebut, pihaknya fokus pada proyek kilang yang sudah berjalan. Beberapa diantaranya yaitu proyek kilang Balikpapan, Tuban, TPPI, dan Balongan.
"Kami fokus ke sana. Dua proyek lainnya akan kami lihat bagaimana respon dari mitra," ujar dia.
(Baca: Konsumsi BBM Turun, Pertamina Tetap Tambah Impor Minyak saat Corona)
Pertamina dan Aramco sebenarnya telah membentuk perusahaan patungan sejak 22 Desember 2016 untuk proyek tersebut. Pertamina memegang saham sebesar 55% dan Saudi Aramco sebesar 45%.
Kala itu, Pertamina dan Aramco menargetkan proyek RDMP Cilacap bisa dimulai pada 2021. Namun, hingga kini, proyek kilang Cilacap tak kunjung dibangun.
Untuk proyek kilang Cilacap, Pertamina membutuhkan investasi hingga US$ 5 miliar. Dengan investasi tersebut, kapasitas kilang Cilacap diharapkan meningkat dari 348 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari.
Adapun spesifikasi produk, mencakup Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.
(Baca: Konsumsi BBM Turun, Pertamina akan Sesuaikan Operasional Kilang)