Global Kebanjiran Pasokan, Harga Minyak Brent Anjlok ke US$ 18/ Barel

Katadata
Ilustrasi Kilang minyak. harga minyak pada perdagangan Rabu (22/4) kembali jatuh akibat melonjak stok minyak dunia.
Editor: Ekarina
22/4/2020, 09.14 WIB

Harga minyak Brent kembali terjun bebas pada perdagangan Rabu (22/4) waktu Indonesia. Hal ini memperpanjang kepanikan pasar atas membeludaknya pasokan global dan tertekannya permintaan akibat pandemi virus corona.

Dikutip dari Bloomberg pada Rabu (22/4) pukul 09.00 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 berada di level US$18,99 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2020 berada di level US$ 13,03 per barel.

Dua hari terakhir kemarin merupakan hari paling bergejolak dalam sejarah perdagangan minyak dunia. Pasalnya, para investor menghadapi kenyataan bahwa pasokan minyak di seluruh dunia bakal membanjiri pasar selama berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun karena permintaan minyak semakin melemah.

(Baca: Manfaatkan Harga Minyak Minus, Trump Akan Borong 75 Juta Barel)

Pada Senin kemarin perdagangan minyak berjangka AS untuk kontrak Mei ambruk ke wilayah negatif pertama kalinya dalam sejarah. Selasa merupakan tonggak baru lantaran lebih dari 2 juta kontrak minyak berjangka AS untuk pengiriman Juni berpindah tangan.

"Hari tersibuk dalam sejarah," kata seorang operator exchange CME Group seperti dikutip dari Reuters.

Persediaan minyak telah meningkat selama berminggu-minggu setelah Arab Saudi dan Rusia pada awal Maret lalu gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjang pemangkasan produksi. Hal ini diperparah dengan penyebaran pandemi yang turut mengurangi 30% permintaan bahan bakar di seluruh dunia sehingga menyebabkan stok minyak semakin bertambah. 

Untuk mengendalikan jumlah pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) termasuk Rusia, akhirnya sepakat memangkas produksi sebesar 10% dari pasokan global. 

Meski begitu, langkah ini sepertinya tak cukup untuk mengimbangi kejatuhan permintaan. Pasalnya, kondisi ekonomi banyak negara tengah lesu akibat kebijakan lockdown.

Baik Arab Saudi maupun Rusia mengatakan jika pihaknya siap untuk mengambil langkah tambahan guna menstabilkan pasar minyak bersama dengan produsen lain. Namun,hinga kini upaya tambahan itu belum juga direalisasikan. 

"Matematikanya cukup sederhana. Produksi minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, tetapi permintaan hanya 75 juta barel per hari," kata Kepala Investasi IDB Bank Gregory Leo.

(Baca: Proyeksi Harga Minyak Dunia, US$ 35-40 per Barel Sampai Akhir 2020)

Sementara di Texas, regulator migas menolak memaksa produsen memangkas produksi minyak. Texas Railroad Commission, selaku otoritas yang mengatur perusahaan energi di negara bagian tersebut telah mempertimbangkan untuk melakukan intervensi di pasar untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun.

Pusat penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma diperkirakan penuh dalam beberapa minggu ke depan. Data resmi pemerintah AS menunjukkan, penyimpanan di Cushing akan 70% terisi pada pertengahan April. 

Presiden AS Donald Trump telah meminya pengalokasian dana bagi industri migas negaranya dan menyebut anjloknya harga minyak Senin kemarin sebagai "tekanan finansial". 

Adapun data dari kelompok industri American Petroleum Institute pada Selasa (21/4) menunjukkan, persediaan minyak mentah AS naik 13,2 juta barel dalam sepekan hingga 17 April menjadi 500 juta barel. 

Reporter: Verda Nano Setiawan