SKK Migas Ungkap Proyek Buntal-5 Medco Energi Mundur ke Kuartal I 2020

m.skalanews.com
Ilustrasi, logo Medco Energi. SKK Migas menyebut proyek Buntal-5 yang dikerjakan Medco Energi tak akan selesai tahun ini. Proyek tersebut diproyeksi rampung pada kuartal I 2020.
14/11/2019, 15.59 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyatakan proyek migas Buntal-5 yang dikerjakan oleh Medco Energi tak dapat beroperasi pada tahun ini. Sebab, rig untuk mengebor proyek tidak kunjung datang. 

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan rig pengeboran yang seharusya sudah ada di lokasi pengeboran ternyata masih digunakan di Vietnam. Padahal proyek tersebut seharusnya selesai pada kuartal ketiga 2019.

"Proyek Buntal-05 sudah pasti tidak akan bisa selesai tahun ini," kata Julius kepada Katadata.co.id, Kamis (14/11).

Julius pun menargetkan proyek Buntal-05 dapat selesai pada kuartal I 2020. Sehingga bisa menambah produksi gas sekitar 45 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Adapun, estimasi nilai investasi untuk pengerjaan proyek tersebut mencapai US$ 33 juta.

(Baca: SKK Migas Tantang Pertamina dan Medco Temukan Migas Seperti Repsol)

Sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menyebut ada enam proyek yang ditargetkan beroperasi hingga akhir tahun ini. Salah satunya adalah proyek Buntal-5. 

Dari enam proyek migas tersebut, SKK Migas menargetkan ada tambahan produksi gas 124-125 MMscfd dan minyak sebesar 8.500 barel per hari (bopd). Dengan mundurnya proyek Buntal-05, maka daftar proyek migas yang direncanakan onstream pada 2019, yakni:

Proyek Bison-Iguana-Gajah Puteri oleh Premier Oil Natuna Sea B.V yang menelan investasi US$ 171 Juta diproyeksi bisa memproduksi gas sebesar 80 mmscfd. Kemudian proyek Temelat yang dioperatori PT. Medco E&P Indonesia diproyeksi menambah produksi 10 mmscfd. Proyek Temalat menelan investasi US$ 11 Juta.

Proyek Panen yang dikerjakan PetroChina International Jabung Ltd. menelan investasi US$ 17 juta diproyeksi mampu memproduksi 2000 bopd. Proyek Kedung Keris yang dioperatori ExxonMobil Cepu Ltd. diproyeksi mampu menambah produksi minyak sebesar 3,800 bopd. Untuk mengerjakan proyek tersebut, ExxonMobil mengeluarkan dana investasi US$ 72 juta.

Terakhir, proyek Bukit Tua Phase-3 oleh Petronas Carigali Ketapang II Ltd. Proyek ini menelan investasi US$ 15 juta dengan estimasi produksi minyak sebesar 3,182 bopd dan gas 31 mmscfd.

(Baca: SKK Migas: Realisasi Investasi Hulu Migas Tahun Ini Hanya Rp 168,95 T)

SKK Migas terus berusaha meningkatkan produksi migas. Pasalnya, produksi yang rendah berbanding terbalik dengan konsumsi yang terus meningkat. Sehingga neraca dagang migas terus menerus defisit. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik desisit neraca perdagangan migas September 2019 meningkat 42% menjadi US$ 1,43 miliar dari bulan sebelumnya. Defisit ini merupakan yang ke 55 bulan secara beruntun.

Nilai impor migas Indonesia periode Januari-September 2019 mencapai US$ 24,97 miliar, sedagkan nilai ekspor hanya US$ 14,23 miliar. Data selengkapnya terkait defisit neraca migas dalam grafik Databoks berikut ini :

Reporter: Verda Nano Setiawan