Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan negosiasi alih kelola Blok Rokan antara Pertamina dengan Chevron Pacific Indonesia (CPI) bisa rampung Januari 2020.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan jika diskusi rampung, rencana pengeboran yang akan dilakukan oleh Pertamina di Blok Rokan dapat terlaksana di tahun ini.
Dwi mengatakan proses transisi ini menjadi fokus bersama mengingat target produksi Blok Rokan di tahun ini hanya dipatok sebesar 161 ribu barel minyak per hari (bopd). Hal ini disebabkan menjelang masa transisi Chevron enngan melakukan investasi untuk menjaga produksi di Blok Rokan.
"Isu transisi rokan sangat penting. Karena kalau tidak ada investasi pengeboran itu produksi lifting turun 20 ribu barel per hari. Jadi cukup besar pengaruhnya," ujar Dwi di Kantor SKK Migas, Kamis (9/1).
(Baca: Pertamina Target Mulai Mengebor Sumur di Blok Rokan Kuartal III 2020)
Secara hukum, Pertamina sebenarnya baru dapat masuk di Blok Rokan setelah kontrak Chevron berakhir pada Agustus 2021. Karena itu, diskusi dilakukan Pertamina dan Chevron agar transisi dilakukan tahun ini.
Mantan Direktur Utama PT Pertamina itu mengatakan penurunan produksi Blok Rokan akan jadi masalah serius bagi lifting minyak nasional. SKK Migas bersama Chevron dan Pertamina terus bekerja keras untuk mendapatkan kesepakatan dari proses transisi tersebut.
Di tempat yang sama, Wakil SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, alih kelola di Blok Rokan seharusnya segera dilakukan. Namun karena ada prosedur business to business yang harus dilewati menjadikan proses transisi menjadi agak lambat.
“Karena di bisnis hulu migas tak semudah bisnis lainnya. Karena ini menyangkut dengan pendapatan negara," ujarnya.
(Baca: Genjot Produksi, Pertamina Percepat Pengeboran 6 Sumur Migas)
Sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak. Namun, produksi Blok Rokan menurun sejak awal tahun ini.
Adapun berdasarkan data SKK Migas, lifting migas nasional yang tercapai hingga 30 Desember 2019 hanya 1,794 juta barel setara minyak per hari (boepd). Jumlah ini cuma 88,63 % dari target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2 juta boepd.
Secara rinci, lifting minyak yang tercapai hanya 735,219 bopd atau 94,8 % dari target 775 ribu bopd. Sedangkan lifting gas hanya 5.934 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau 84,7 % dari yang dipatok dalam APBN sebesar 7.000 MMscfd.