Imbas Virus Corona, Pendapatan Bandara di Asia Pasifik Hilang Rp 43 T

ANTARA FOTO/REUTERS/Stephen Lam
Ilustrasi. Wabah virus corona memangkas 24% lalu lintas penerbangan di Asia Pasifik.
Editor: Agustiyanti
9/3/2020, 19.39 WIB

Lalu lintas udara di Asia Pasifik diperkirakan turun  24% pada kuartal pertama tahun ini akibat sejumlah larangan penerbangan untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Hal ini berpotensi menurunkan pendapatan bandara di wilayah tersebut mencapai US $ 3 miliar atau setara Rp 43 triliun.

Direktur Jenderal ACI Asia-Pasifik Stefano Baronci mengatakan pembatalan penerbangan telah menyebabkan pendapatan bandara dari biaya pendaratan dan parkir maskapai menurun. Selain itu, adanya penurunan jumlah penerbangan menyebabkan kerugian operator bandara di sektor perbelanjaan atau ritel dan biaya keamanan penumpang.

"Tidak seperti maskapai penerbangan, yang dapat memilih untuk membatalkan penerbangan atau memindahkan pesawat mereka ke pasar lain untuk mengurangi biaya operasi, operator bandara mengelola aset tidak bergerak yang tidak dapat ditutup," kata dia dilansir dari Reuters, Senin (9/3).

(Baca: Protokol Penanganan Virus Corona di Bandara dan Pelabuhan)

Wabah ini mempengaruhi keuangan operator bandara yang cukup signifikan hingga mengganggu rencana ekspansi jangka panjang di masa depan.

"Kami dihadapkan dengan tekanan arus kas langsung dengan kemampuan terbatas untuk mengurangi biaya tetap," katanya.

Sementara Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau IATA menjelaskan epidemi ini diproyeksi memangkas pendapatan maskapai penerbangan hingga US$ 113 miliar atau setara Rp 1.624 triliun pada tahun ini. Untuk menutup kerugian, diperlukan setidaknya tambahan 80% penerbangan di musim tertentu ketika isu tersebut mulai mereda.

Adapun di Indonesia, PT Angkasa Pura II  mencatat penurunan penumpang 4%-5% pada Februari 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya pergerakan pesawat di bandara-bandara yang dikelola perusahaan sebesar 6% akibat wabah virus corona. 

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, salah satu penyebab turunnya pergerakkan pesawat disebabkan kebijakan penghentian sementara rute penerbangan maskapai dari dan menuju Tiongkok.

(Baca: Tujuh Kasus Baru Positif Corona di Indonesia Tertular dari Luar Negeri)

Trafik penumpang kian menyusut setelah pemerintah Arab Saudi menghentikan sementara ibadah umrah dan perjalanan wisata ke negaranya pada 27 Februari 2020.

Dia pun memperkirakan penurunan penumpang dan pergerakan penerbangan berpotensi semakin bertambah. Hal ini dikarenakan pemerintah telah menutup penerbangan dari dan ke sejumlah kota di Korea Selatan, Iran, dan Italia sejak awal Maret 2020.

Adapun komposisi penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Harta sebesar 75%. Sedangkan penerbangan domestik di bandara tersebut mencapai 25%. Penurunan jumlah penumpang dan pergerakan pesawat itu bakal mempengaruhi nilai pendapatan AP II. Kendati demikian, dia belum bisa merinci berapa kerugian yang diderita perusahaan. 

Reporter: Tri Kurnia Yunianto