Paceklik APD Corona, AS Diduga 'Bajak' Pengiriman Masker untuk Prancis

ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Hartmann/foc/dj
Ilustrasi. Sejumlah negara bergerak untuk menimbun persediaan alat pelindung diri seperti masker, obat-obatan, alat kesehatan, hingga pangan di tengah pandemi corona.
Penulis: Agustiyanti
6/4/2020, 12.55 WIB

Obat-obatan dan alat pengetesan virus corona juga tengah diidam-idamkan oleh berbagai negara di penjuru dunia. Setelah Presiden AS Donald Trump menyebut obat antimalaria dapat mengobati Covid-19 meski tanpa bukti ilmiah, India langsung menerapkan larangan ekspor hydroxychloroquine.

Badan intelijen Israel Mossad juga dikabarkan telah meluncurkan beberapa operasi internasional rahasia untuk menerbangkan ratusan ribu alat uji virus corona.

Laporan media setempat, pejabat medis dan intelijen yang tidak disebutkan namanya menyebut bahwa kit itu telah dibeli dari negara musuh yang tidak ingin kesepakatan seperti itu diumumkan. Banyak negara tidak mengakui Israel karena perlakuannya terhadap Palestina.

Ancaman Kekurangan Pangan Global

Beberapa negara bahkan telah bergerak dalam beberapa minggu terakhir untuk menimbun persediaan makanan domestik. Kazakhstan, penghasil tepung utama, melarang ekspor, dan Vietnam, pengekspor beras ketiga terbesar di dunia, melakukan hal yang sama. Serbia memblokir obat-obatan dan ekspor bunga matahari.

(Baca: Lockdown India Ganggu Pasokan, Izin Impor Gula Diusulkan Dibebaskan)

Kekurangan pangan global tidak diantisipasi dan sebagian besar negara telah menjaga pasar mereka tetap terbuka, tetapi upaya oleh pemerintah yang gelisah untuk merebut kendali atas sumber daya telah banyak ditakuti.

Abraham L Newman, seorang profesor di departemen pemerintahan Universitas Georgetown, dan Henry Farrell, seorang profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas George Washington, mengatakan ada risiko dunia "mengasingkan diri dalam ketidakpercayaan dan keegoisan".

"Tingginya tingkat kecurigaan timbal balik yang saat ini terjadi antar negara akan membuat lebih sulit untuk mengoordinasikan respons internasional. Sulit bagi pemerintah untuk bermurah hati ketika warganya ketakutan dan persediaan sangat terbatas. Namun itu dapat menyebabkan ketakutan dan pembalasan," tulisnya dalam Havard Business Review.

Media Jerman melaporkan bulan lalu bahwa pemerintahan Trump telah menawarkan sejumlah besar uang kepada perusahaan medis Jerman untuk akses eksklusif ke vaksin. Terlepas dari kenyataan bahwa perusahaan, CureVac, membantah laporan itu, insiden itu jelas mengguncang negara lain.

Global Times yang dikelola pemerintah Tiongkok menerbitkan tajuk rencana yang menggambarkan upaya pencarian vaksin sebagai sebuah pertempuran. Mengutip laporan tentang CureVac, mereka menyebut Tiongkok tak dapat bergantung pada Eropa atau AS dalam pengembangan vaksin dan menguasai bidang tersebut.