Paceklik APD Corona, AS Diduga 'Bajak' Pengiriman Masker untuk Prancis
Negara-negara di berbagai belahan dunia berebut alat pelindung diri yang kini semakin langka di tengah pandemi virus corona. Amerika Serikat bahkan diduga melakukan kecurangan dengan menawarkan harga lebih tinggi kepada produsen masker Tiongkok sesaat sebelum barang akan dikirimkan ke Prancis.
Berdasarkan keterangan dua pejabat Prancis, masker telah berada di pesawat di Bandara Shanghai yang siap lepas landas ketika pembeli AS muncul dan menawarkan harga tiga kali lipat dari yang dibayarkan pembeli Prancis. Masker tersebut seharusnya dikirimkan ke Grand East, kota yang menjadi episentrum virus corona di negara Eropa itu.
Dokter sekaligus Presiden Dewan Daerah Grand East Jean Rottner menjelaskan jutaan masker yang dipesan untuk mencegah penyebaran virus diwilayahnya telah diambil oleh pembeli lain. "Kami benar-benar harus berjuang," ujar Rottner dikutip dari The Guardian, Senin (6/4).
Rottner tidak mengidentifikasi para pembeli yang membajak pesanannya tersebut, untuk siapa mereka bekerja atau ke negara mana kargo tersebut dikirim. Namun, pejabat Prancis lain yang terlibat dalam pengadaan masker dari Tiongkok, pembeli tersebut bertindak untuk pemerintah AS.
"Ada negara asing yang membayar tiga kali harga kargo di landasan," kata Rénaud Muselier, kepala wilayah tenggara Provence-Alpes-Côte d'Azur, kepada saluran Prancis BFMTV.
Pejabat senior pemerintah AS mengatakan kepada AFP membantah hal tersebut. "Pemerintah AS tak membeli masker dari Tiongkok yang seharusnya dikirim ke AS. Laporan tersebut benar-benar salah," kata dia.
(Baca: Dunia Berebut Bahan Baku APD Corona, BKPM: Produsen Jangan Dipersulit)
Perdana Menteri Kanada Justin Treudeu yang mendengar informasi tersebut turut menyatakan kekhawatiran dan meminta jajarannya untuk memastikan apakah pemesanan masker dari Kanada mengalami hal serupa.
"Kita perlu memastikan bahwa peralatan yang diperuntukkan bagi Kanada sampai dan tetap di Kanada, dan saya sudah meminta menteri untuk menindaklanjuti laporan khusus ini," katanya.
Pada konferensi pers di Brasil pada Rabu, Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta mengatakan upaya pemerintah baru-baru ini untuk membeli peralatan perlindungan seperti sarung tangan dan masker dari Tiongkok telah gagal.
"Hari ini AS mengirim 23 pesawat kargo terbesar mereka ke Tiongkok untuk mengambil pesanan yang mereka peroleh. Banyak pembelian kami, yang kami harapkan untuk dikonfirmasi dapat memasok, gagal,” katanya.
Mandetta meminta orang-orang Brazil membuat sendiri masker dari potongan-potongan kain sehingga para tenaga kesehatan kesehatan dapat memiliki peralatan profesional yang tersisa.
Ketika pandemi memburuk, pemerintah yang panik dituduh menggunakan berbagai metode untuk memperoleh pasokan dalam pertempuran melawan virus corona. Taktik mencakup upaya memblokir ekspor pasokan medis hingga mengirim mata-mata melalui operasi intelijen untuk menemukan alat pengetesan corona.
(Baca: Update Corona: Penyembuhan dengan Darah hingga Penularan pada Kucing)
Jerman dan Rusia telah mengambil langkah-langkah seperti menimbun masker dan bahan-bahan berbahaya, serta bahan pakaian jas hujan. Langkah ini berarti membatasi ekspor peralatan medis pelindung.
Turki diduga melangkah lebih jauh, tidak hanya melarang ekspor alat pelindung, tetapi juga mengingkari penjualan masker yang sudah dibayar.
Laporan surat kabar Belgia Le Soir dan harian Italia Corriere della Sera mengatakan masker buatan Turki yang ditujukan untuk negara-negara itu belum pernah tiba. Di Italia, butuh lebih dari dua minggu setelah panggilan telepon dari perdana menteri, Giuseppe Conte, kepada presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, agar masker tersebut sampai.
Di Belgia, pasokan masih belum dikirim meskipun ada keluhan resmi dari kementerian kesehatan negara itu. Turki juga mengancam akan memerintahkan produsen masker dalam negeri untuk memastikan bahwa mereka hanya diberikan kepada negara.
Tiongkok, produsen masker terbesar di dunia dan negara pertama yang terkena wabah Covid-19 juga dituduh menyembunyikan persediaannya. Di sisi lain, Tiongkok telah mengirimkan jutaan masker dalam bentuk sumbangan maupun penjualan ke Eropa.
Namun, salah satu pengiriman menuju Italia malalui Republik Cheko disita oleh pihak berwenang. Pemerintah Cheko membantah tuduhan pencurian dan mengatakan bahwa masker tersebut ditemukan dalam gudang di Utara Praha yang mereka sita dalam operasi anti-perdagangan manusia. Pemerintah Cheko pun kemudian mengirimkan 110 ribu masker sebagai kompensasi.
Kasus positif virus corona di Italia telah melampaui Tiongkok sejak bulan lalu. Jumlah kematian akibat virus corona di negara tersebut akibat Covid-19 bahkan tertinggi di dunia mencapai lebih dari 15 ribu. Daftar negara dengan kasus terbanyak virus corona dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.
Peristiwa pencurian juga terjadi pada pengiriman 6 juta masker dari Kenya, Masker yang akan dikirimkan untuk Jerman dan melewati negara Afrika Timur itu hilang secara misterius.
Halaman Selanjutnya: Berebut Obat-obatan dan Alat Tes Corona hingga Ancaman Kekurangan Pangan Global