Stok Beras Premium di Minimarket Kosong Imbas Ramai Kasus Oplosan

Katadata/Mela Syaharani
Rak beras nampak kosong di Alfamidi Menteng, Jakarta, Jumat (1/8).
2/8/2025, 06.30 WIB

Sejumlah minimarket terpantau tidak lagi menjual beras premium setelah kasus beras oplosan mencuat. Mereka hanya menjual beras yang merupakan merek dari minimarket itu sendiri.

Misalnya saja minimarket Alfamidi di Kalipasir, Menteng, Jakarta Pusat tidak lagi menjual beras premium di toko. Berdasarkan pantauan Katadata pada Jumat (1/8), bagian rak beras di toko tersebut saat ini hanya diisi oleh merek Alfamidi dengan jenis Pandan Wangi berukuran 5 kilogram.

Karyawan toko mengatakan memang sudah tidak menyediakan beras premium di gerai mereka. “Sudah tidak ada,” katanya pada Jumat (1/8).

Meski tidak menyediakan lagi beras premium, namun toko tersebut masih menjual beberapa merek beras merah, nasi singkong, dan nasi jagung.

Ketiadaan stok juga terlihat di minimarket Indomaret Kalipasir, Menteng, Jakarta Pusat. Di lokasi kedua ini, Katadata juga tidak melihat adanya beras premium yang dipajang atau dijual.

Toko tersebut hanya memasang beras merah merek Indomaret seharga Rp 46.000.

Kendati demikian, Katadata masih bisa menemukan beras premium di Foodhall, Grand Indonesia. Berdasarkan pantauan Katadata hari ini, di rak bagian beras, ada beberapa merek yang terpajang di sana.

Mulai dari beras premium Fortune 5 kilogram, beras premium Slyp Super, beras premium Sania ukuran 5 kilogram, beras premium Raja Rasa 5 kilogram, beras premium Jabal Nur, beras premium Hoki kemasan kuning, beras premium Hoki kemasan Hijau, beras susu premium merek hotel. Foodhall juga menjual beras merah dan beras coklat organik premium.

Tidak adanya keberadaan beras terjadi setelah mencuatnya kasus beras oplosan premium. Kejaksaan Agung bahkan telah memanggil enam produsen beras premium terkait dugaan pelanggaran, yaitu PT Wilmar Padi Indonesia, PT Food Station, PT Belitang Panen Raya, PT Unifood Candi Indonesia, PT Subur Jaya Indotama, dan PT Sentosa Utama Lestari (Javagroup).

Ritel Menggudangkan 50% Pasokan Beras Premium

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan telah menggudangkan lebih dari 50% pasokan beras premium yang beredar di jaringan ritel modern secara nasional. Langkah ini diambil menyusul permintaan dari sejumlah kelompok masyarakat, baik melalui permintaan langsung maupun aksi unjuk rasa.

"Sebagian besar beras premium yang digudangkan berasal dari merek yang tengah diperiksa aparat penegak hukum. Produsen tersebut menyuplai lebih dari 50% pasokan beras premium di ritel modern," ujar Ketua Umum Aprindo Solihin kepada Katadata.co.id, Jumat (1/8).

Meski pasokan disimpan sementara, pihaknya menegaskan bahwa hal ini tidak berdampak pada harga jual di ritel. "Harga tetap mengikuti aturan harga eceran tertinggi. Kami pastikan ritel modern tetap taat HET," katanya.

Saat ini, harga eceran tertinggi (HET) beras premium ditetapkan sebesar Rp 14.900 per kg. Namun, seluruh produsen beras premium telah sepakat menurunkan harga menjadi Rp 14.700 per kg hingga Kamis (31/7). Aprindo pun telah menerima surat dari produsen untuk memperpanjang potongan harga ini hingga 15 Agustus 2025.

Meski demikian, penggudangan tetap dilakukan oleh beberapa ritel dengan mempertimbangkan dinamika yang berkembang di masyarakat. Pihaknya menerima imbauan dari Kepolisian dan Badan Pangan Nasional agar tidak menggudangkan beras yang sedang diperiksa, tapi kami tetap harus merespons kondisi yang berkembang.

Beras Tak Perlu Ditarik

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi sebelumnya menyarankan peritel untuk menjual dengan harga murah beras oplosan, alih-alih menariknya dari pasaran.

“Ngapain ditarik? Dijual murah saja,” kata Arief dikutip dari Antara, Jumat (1/8).

Dia menjelaskan, bila beras diketahui mengandung butir patahan (broken) lebih banyak dari yang seharusnya, maka peritel bisa menjual dengan harga sesuai patahan beras.

“Brokennya harusnya 15 persen, tapi misal brokennya 30 persen, jual saja senilai broken 30 persen,” ujarnya.

Dengan cara itu, peritel bisa menghabiskan pasokan beras oplosan di pasar. Kemudian, untuk beras di penggilingan, disarankan untuk ditinjau kembali pengaturan mesin penggiling guna memastikan sistemnya bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Arief pun menyebut pemerintah tidak akan mengeluarkan instruksi penarikan beras oplosan. “Ngapain ditarik? Mending kasih ke masyarakat. Saran saya dihabiskan saja, dijual sesuai dengan spesifikasi berasnya. Kalau brokennya 40, jual seharga broken 40,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Mela Syaharani