Pemerintah segera menyelesaikan status wilayah Bekasi, Karawang, dan Purwakarta (Bekapur) sebagai Kawasan Strategis Nasional. Kebijakan ini diambil untuk mendorong 60% industri RI yang akan berada di sana dan investasi baru yang siap masuk, khususnya untuk produksi kendaraan listrik.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, salah satu investor yang akan masuk ke kawasan Bekapur adalah pabrikan otomotif asal Korea Selatan, yakni Hyundai untuk mendirikan pabrik mobil listrik. Beberapa pekan lalu, Luhut menyebut investasi Hyundai ini akan mencapai US$ 1 miliar. Ke depannya, kawasan strategis Bekapur akan diintegrasikan dengan infrastruktur pendukung, seperti Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati.
"Kami finalisasi negosiasi dengan Hyundai," kata Luhut di acara Indonesia Economic Day 2019 yang diselenggarakan DBS dan Katadata, di Jakarta, Kamis (31/1).
Dari data Kemenko Bidang Kemaritiman, Kawasan Strategis Nasional ini akan dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU). Saat ini, kawasan tersebut berisi 23 kawasan industri dengan jumlah 4.154 industri, menyerap 1,6 juta tenaga kerja, serta menyumbang 14% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
Luhut juga menambahkan, terintegrasinya kawasan ini dengan Pelabuhan Patimban akan meringankan beban lalu lintas di wilayah Jakarta. Pasalnya, arus logistik yang sebelumnya menuju Tanjung Priok akan dialihkan ke pelabuhan baru tersebut. "Lalu lintas akan longgar," kata Luhut.
(Baca: Pemerintah Sepakati Berbagai Insentif Fiskal Untuk Kendaraan Listrik)
Mobil listrik yang akan diproduksi Hyundai tersebut rencananya menggunakan baterai lithium yang diproduksi di Morowali. Konsorsium perusahaan multinasional akan membangun pabrik lithium tersebut dengan nilai investasi US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,8 triliun.
Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam konsorsium tersebut adalah GEM Co Ltd dengan kepemilikan saham 36%, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) sebesar 25%, Tsingshan Group sebesar 21%, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebesar 10%, dan Hanwa dari Jepang dengan porsi 8%. "Baterai lithium ini juga bisa kita ekspor ke Australia, negara-negara ASEAN, sampai Afrika," kata Luhut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang akhir tahun lalu juga meminta pabrikan otomotif Jepang, Toyota, menambah investasi dan mengembangkan mobil listrik di Indonesia. Apalagi pemerintah sedang mempersiapkan peta jalan pengembangan mobil listrik. "Kami harap mulai bergerak lagi ke mobil listrik," kata Jokowi.
Pengembangan kendaraan listrik merupakan upaya pemerintah untuk menurunkan impor bahan bakar minyak (BBM). Indonesia menargetkan produksi kendaraan bermotor listrik dapat mencapai 20% dari total produksi kendaraan bermotor pada 2025. Artinya, dalam enam tahun mendatang ada 400 ribu mobil dan dua juta motor listrik yang diproduksi di Indonesia.
(Baca: Gaikindo Sarankan Stasiun Pengisian Mobil Listrik Dikelola Swasta )