Bukit Asam Siapkan Rp 5,34 Triliun untuk Investasi Lima Proyek

ANTARA FOTO/HO/Sugeng
Ilustrasi Pembangunan PLTU
24/4/2019, 18.15 WIB

Perusahaan batu bara, Bukit Asam, menganggarkan dana investasi 5,34 triliun tahun ini untuk lima proyek pengembangan. Proyek yang dimaksud yaitu gasifikasi di Tambang Peranap dan Tanjung Enim, pembangunan dua pembangkit listrik, serta angkutan batu bara.

Pertama, proyek gasifikasi di tambang Peranap, Riau. Rencana bisnisnya yaitu mengkonversi batu bara kalori rendah (GAR kurang dari 3.000 kcal/kg) milik Bukit Asam di Tambang Panarap menjadi dimethyl ether (DME). DME akan digunakan sebagai substitusi LPG sehingga mengurangi ketergantungan pada impor LPG.

Untuk proyek tersebut, Bukit Asam bekerja sama dengan Pertamina sebagai offtaker DME, dan Air Products sebagai pemilik teknologi gasifikasi batu bara. “Proyek ini direncanakan berproduksi pada 2023 dengan konsumsi batu bara sebesar 8,7 juta ton/tahun dari tambang Peranap,” demikian tertulis dalam siaran pers, Rabu (24/4).

(Baca: Harga Batu Bara Turun, Laba Bukit Asam Anjlok 21%)

Kedua, proyek gasifikasi di tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Rencana bisnisnya adalah mengubah batu bara menjadi syngas sebagai feedstock untuk produksi urea; DME; dan polypropylene. Proyek ini direncanakan beroperasi secara komersial pada 2022, dengan konsumsi batu bara 6,2 juta ton per tahun.

Saat ini, proyek ini sedang memasuki tahap bankable feasibility study dan pembebasan lahan di Kawasan Ekonomi Khusus Berbasis Batu Bara - Bukit Asam. Perusahaan telah melakukan penandatangan kesepakatan dengan Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical.

Ketiga, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8. PLTU Sumsel 8 adalah pembangkit swasta berkapasitas 2 x 620 megawatt (MW) yang berada di Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini digarap Bukit Asam dan China Huadian Hongkong Company melalui perusahaan konsorsium PT Huadian Bukit Asam Power.

(Baca: Sengkarut Proyek PLTU Riau 1 yang Menyeret Dirut PLN Jadi Tersangka)

Nilai investasi proyek tersebut mencapai US$ 1,68 miliar, yang diambil dari modal 25%, dan pinjaman 75% dari China Export-Import Bank. Konstruksi PLTU telah dimulai sejak Juni 2018. PLTU tersebut ditargetkan bisa beroperasi secara komersial pada 2021 untuk unit I dan 2022 untuk unit 2. Total kebutuhan batu bara sebesar 5,4 juta ton per tahun.

Keempat, PLTU Feni Halmahera Timur, Maluku Utara. Proyek pembangkit listrik berkapasitas 3 x 60 MW tersebut merupakan proyek kerja sama Bukit Asam dengan Antam. Studi kelayakannya sudah selesai dan akan dilanjutkan dengan pembentukan perusahaan joint venture.

(Baca: Indika Energy Targetkan 25% Pendapatan dari Bisnis Non-Batu Bara)

Pembangkit listrik ini ditujukan untuk menyediakan pasokan listrik untuk pabrik feronikel milik Antam di Halmahera Timur. Perkiraan total investasi proyek tersebut US$ 350 juta, dengan konsumsi batu bara PLTU sebesar 0,65 juta ton per tahun.

Terakhir, proyek angkutan batu bara untuk Tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Bukit Asam bekerja sama dengan Kereta Api Indonesia mengembangkan jalur kereta api untuk angkutan batu bara dengan target kapasitas 60 juta ton per tahun pada 2023.