Rupiah Diproyeksikan Menguat Terbatas, Investor Tunggu Data Ekonomi RI Terbaru

Rahayu Subekti
5 Agustus 2025, 09:35
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan penguatannya terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menyebutkan bahwa saat ini dolar AS sedang dalam tekanan.

“Namun penguatan rupiah akan terbatas, investor menantikan data produk domestik bruto Indonesia kuartal II hari ini,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (5/8).

Lukman memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 16.350 per dolar AS hingga Rp 16.450 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.382 per dolar AS. Level ini menguat 19 poin atau 0,12% dari penutupan sebelumnya.

Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi juga memproyeksikan hal yang sama. Ibrahim memprediksi pergerakan rupiah masih akan menguat pada hari ini terhadap dolar AS.

“Mata uang rupiah memang fluktuatif namun akan ditutup menguat di rentang  Rp 16.350 per dolar AS hingga Rp 16.400 per dolar AS,” ujar Ibrahim.

Menurut Ibrahim, pasar saat ini mulai memperhitungkan kembali penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Hal ini menyusul data ketenagakerjaan pada Juli 2025 yang suram.

Selain itu, kebijakan Presiden AS Donald Trump yang terus memberlakukan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara seperti Kanada, Brasil, India, dan Taiwan turut menimbulkan kekhawatiran. “Tarif ini telah meningkatkan kekhawatiran inflasi dan berpotensi mengganggu arus perdagangan global,” kata Ibrahim.

 

 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...