RI Perluas Pasar Ekspor Usai Capai Kesepakatan Strategis dengan AS dan Eropa

Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan dua kesepakatan penting di sektor perdagangan internasional dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa langkah ini akan membuka akses pasar ekspor yang lebih luas, khususnya bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) serta industri padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur.
“Salah satu dampak yang paling konkret adalah dengan diumumkannya oleh Presiden AS Donald Trump di awal, maka order untuk produk tekstil, apparel, dan shoes sudah mulai jalan. Kalau itu tidak diumumkan, maka order ini tidak diberikan oleh mitra dagang di AS,” ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (22/7).
Dalam kesepakatan terbaru dengan AS, Indonesia mengambil langkah strategis dengan menawarkan pembelian langsung terhadap komoditas utama AS seperti energi dan produk pertanian.
Menurut Airlangga, pendekatan ini lebih efektif dibandingkan skema penurunan tarif secara bertahap, karena dapat memberi dampak nyata terhadap neraca perdagangan dalam waktu singkat.
“Dengan pembelian langsung, Indonesia mendapat keunggulan kompetitif dibanding negara lain, terutama di sektor tekstil dan alas kaki yang menjadi tulang punggung industri padat karya,” katanya.
Penghapusan Bea Masuk Produk Ekspor RI ke Eropa
Sementara itu, kerja sama perdagangan dengan Uni Eropa melalui Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) juga telah mencapai kesepakatan substansial. Perjanjian ini mencakup penghapusan bea masuk terhadap lebih dari 90 persen produk ekspor Indonesia ke pasar Eropa.
“Dengan diberlakukannya tarif 0%, produk nasional akan memiliki daya saing yang jauh lebih kuat di pasar Eropa. Kami juga sepakat agar proses ratifikasi bisa selesai dalam waktu satu tahun," kata Airlangga.
Pemerintah menargetkan nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa dapat meningkat signifikan hingga mencapai US$60 miliar atau setara Rp978,4 triliun dalam delapan tahun mendatang. Target ini juga sejalan dengan strategi hilirisasi dan peningkatan nilai tambah produk yang tengah digencarkan pemerintah.
Pemerintah juga menaruh perhatian besar terhadap sektor hilirisasi. Airlangga menyebut peningkatan nilai tambah produk merupakan bagian dari strategi industrialisasi jangka panjang yang kini telah memasuki era industri 4.0.
Selain itu, sektor UMKM juga akan menjadi fokus dalam memperkuat ekosistem ekspor nasional. Airlangga menyebut, dengan dibukanya akses ke pasar Eropa, sektor seperti tekstil, furnitur, hingga industri kreatif memiliki peluang besar untuk berkembang.
Pemerintah pun tidak berhenti hanya pada kerja sama dengan AS dan Uni Eropa. Perluasan pasar terus digencarkan, termasuk ke kawasan Amerika Latin dan Afrika.
Perluas Pasar ke Amerika Latin
Indonesia kini telah menyelesaikan negosiasi perdagangan dengan Kanada melalui partisipasi dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), serta memperkuat pendekatan bilateral dengan sejumlah negara Afrika.
Airlangga menyatakan bahwa pemerintah optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dapat tercapai melalui perluasan akses pasar, peningkatan daya saing industri, dan peningkatan ekspor produk Indonesia ke berbagai negara.
“Oleh karena itu, Bapak Presiden telah meminta kami untuk terus melakukan deregulasi guna mendorong daya saing nasional,” ujar Airlangga.