BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga di Tengah Tekanan Tarif Trump dan Sinyal The Fed

Ferrika Lukmana Sari
16 Juli 2025, 07:04
suku bunga
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan diumumkan Rabu (16/7). Sejumlah ekonom menilai ketidakpastian global dan tekanan arus modal keluar masih menjadi pertimbangan utama BI menahan diri.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai penurunan suku bunga belum akan terjadi bulan ini. Dia memperkirakan momen penurunan terjadi pada September 2025.

“Ketika belanja pemerintah mulai mengalir. Saat pelaku usaha mulai bergairah menangkap peluang melalui pembiayaan modal kerja,” kata Banjaran, Selasa (15/7).

Pandangan senada disampaikan Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman. Ia memperkirakan BI lebih memilih berhati-hati di tengah tensi global, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan putaran terbaru tarif resiprokal terhadap mitra dagang utama.

“Kebijakan tarif Trump memicu sentimen risk-off di pasar global, berpotensi memberi tekanan terhadap rupiah dalam jangka pendek,” ujar Faisal.

Selain risiko tarif dagang, pelaku pasar juga mencermati kebijakan The Federal Reserve (The Fed). The Fed diperkirakan akan memangkas Fed Funds Rate (FFR) dalam pertemuan FOMC September 2025, yang dapat memberikan ruang lebih besar bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

PermataBank memperkirakan ruang penurunan BI-Rate memang ada, tapi kemungkinan baru akan terbuka pada September 2025, saat ketegangan dagang mereda dan arah kebijakan perdagangan AS lebih jelas.

Peluang BI Pangkas Suku Bunga Bunga Acuan

Berbeda dengan BSI dan PermataBank, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan BI justru berpeluang menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada bulan ini.

“Kami melihat BI-Rate dapat diturunkan sebesar 25 bps menjadi 5,25% pada RDG kali ini,” kata Reny.

Menurut Reny, peluang pelonggaran terbuka jika tekanan eksternal mereda dan fundamental domestik tetap kuat. Ia menyoroti perlambatan ekonomi, inflasi yang terjaga, stabilitas rupiah, kecukupan likuiditas, hingga ekspektasi bisnis sebagai pertimbangan utama BI.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...