BI Ramal Inflasi Naik di 2019, Pemerintah Yakin Angka Kemiskinan Aman

Image title
26 Juli 2018, 14:41
Pasar Inflasi
Arief Kamaludin | KATADATA
Pedagang sayur mayur di Kawasan Pasar Rumput, Jakarta.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi bakal mencapai 3,7% pada 2019, lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang sebesar 3,6%, dan tahun ini yang kemungkinan berkisar 3,5%. Meski begitu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menilai level tersebut masih cukup baik sehingga diharapkan tak mengganggu angka kemiskinan.

Bambang menjelaskan prediksi level inflasi yang sebesar 3,7% masih sesuai dengan target pemerintah yakni 2,5-4,5% tahun depan. Lantaran masih dalam rentang target semestinya tak berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan. "Artinya tetap baik," kata dia usai acara Sarasehan Nasional Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (26/7). 

(Baca juga: Harga Minyak Tekan Kurs Rupiah, Ekonom Peringatkan Risiko Inflasi)

Ia menduga peningkatan inflasi di antaranya karena kenaikan harga barang impor maupun bermuatan impor imbas pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Adapun sejauh ini, pemerintah melakukan sederet kebijakan untuk menjaga level inflasi, dari mulai menahan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan listrik alias administered price hingga pengendalian harga pangan.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menilai inflasi sebesar 3,7% cukup rendah. “Bisa terjangkau,” ujarnya. Adapun menurut dia, upaya pengendalian inflasi harus tetap mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Maka itu, perlu adanya upaya untuk mendorong infrastruktur pertanian dan perdagangan antardaerah serta meningkatkan pertumbuhan inklusif.

(Baca juga: Didorong Bansos, Penurunan Kemiskinan dan Ketimpangan Disebut “Semu”)

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menjelaskan, seiring dengan kurs rupiah yang melemah, banyak pengusaha berhati-hati dalam menjalankan kegiatan produksi, terutama pada beberapa bisnis yang masih bergantung pada bahan baku impor. Penyebabnya, biaya produksi yang meningkat. Namun, ia mengisyaratkan kenaikan biaya tersebut tidak sepenuhnya dibebankan ke konsumen. Biasanya, pengusaha akan melakukan efisiensi di berbagai lini.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...