Menteri Darmin Waspadai Perang Dagang yang Tak Akan Cepat Selesai

Michael Reily
17 Mei 2019, 15:43
Menko Perekonomian, Darmin, defisit neraca dagang, perdagangan global
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Darmin Nasution menyatakan, pemerintah tengah mengkaji sejumlah cara untuk mengantisipasi dampak negatif lanjutan dari perang dagang dunia.

Perang dagang, yang dipicu oleh Amerika Serikat (AS), membuat situasi perdagangan global terkena dampak dan akhirnya merembet ke Indonesia.

Efeknya terasa jelas di bulan April 2019 lalu, saat perlambatan ekspor membuat neraca dagang Indonesia tertekan, bahkan defisit neraca dagang Indonesia April 2019 merupakan yang terdalam sepanjang sejarah, yakni mencapai US$ 2,05 miliar.

Pemerintah juga semakin waspada dan mempelajari situasi yang berkembang dalam perekonomian dunia. Pasalnya, Darmin menilai perang dagang yang saat ini sudah meningkat tensinya, tidak akan berakhir dalam jangka pendek.

Kewaspadaan pemerintah yang diungkapkan Darmin ini masuk akal, sebab perlambatan ekonomi global apabila tidak segera ditanggulangi atau diminimalisir efek negatifnya, akan memicu pelemahan ekonomi dalam negeri.

Salah satu solusi yang akan dilakukan pemerintah adalah meningkatkan penanaman modal dalam negeri. "Investasi yang datang tak hanya tentang ekspor, tetapi juga investasi produk substitusi impor supaya menjaga keseimbangan dagang," ujar Menko Perekonomian Darmin di Jakarta, Jumat (17/5).

Untuk mendorong investasi dalam negeri tersebut, ia mengungkapkan pemerintah sudah menelurkan kebijakan, baik yang ditujukan untuk penguatan ekspor maupun subtitusi impor, dengan pengurangan pajak dalam jangka waktu yang lama. Hal ini ia katakan sejalan dengan kebijakan tax holiday yang telah dikeluarkan pemerintah.

(Baca: Terdalam Sepanjang Sejarah, Defisit Dagang April Tembus US$ 2,5 Miliar)

Menurutnya, situasi perdagangan global yang melambat jelas bukan berita yang menggembirakan untuk perekonomian Indonesia. Namun, ia optimis pemerintah akan mampu menjaga kestabilan neraca dagang dengan identifikasi komoditas unggulan untuk ekspor melalui Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

Sebelumnya, defisit neraca dagang periode April 2019 menembus US$ 2,50 miliar. Angka defisit ini merupakan yang terdalam sepanjang sejarah seiring faktor pelemahan ekonomi dunia.

Sejal awal tahun hingga April 2019, BPS melaporkan defisit neraca dagang Indonesia US$ 2,56 miliar. Angka ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,40 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan lonjakan defisit neraca dagang periode ini banyak dipengaruhi oleh situasi global.

"Kondisi global tidak mudah, 2019 ini tantangannya akan luar biasa," katanya.

Ketidakpastian global, menurutnya, membuat perekonomian negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia melambat. Pertumbuhan Tiongkok misalnya, melemah dari 6,8% menjadi 6,24%. Kemudian Singapura juga melambat dari 4,7% jadi 1,3% serta Korea Selatan 2,8% menjadi 1,8%.

Hal ini akhirnya turut memengaruhi ekspor Indonesia ke negara tersebut ikut melambat. Selain itu, fluktuasi harga komoditas serta perang dagang di sisi lain juga turut memberikan tekanan terhadap kinerja neraca dagang dalam negeri.

(Baca: Kondisi Global Labil, BI Pangkas Proyeksi Ekonomi RI di Bawah 5,2%)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...