BI Proyeksikan Rupiah Tahun Depan Menguat ke Kisaran Rp 13.900-14.300
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah pada 2020 akan berada pada rentang Rp 13.900-14.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini artinya, asumsi rupiah tersebut lebih kuat dibandingkan proyeksi pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) sebesar Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per dolar AS.
"Dengan berbagai perkembangan, kami memperkirakan, rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp 14.300 dolar AS," kata dia dalam rapat dengan Badan Anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa (11/6).
Menurut dia, prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut, ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan. Aliran itu ditopang oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi kebijakan antara pemerintah dan berbagai otoritas. Dengan demikian, rupiah akan menguat seiring dengan peningkatan pasokan dolar dalam negeri.
(Baca: Sri Mulyani Ungkap Strategi Jaga Pertumbuhan Ekonomi 5,3-5,6% di 2020)
Selain itu, lanjut Perry, nilai tukar yang menguat juga ditopang oleh pendalaman pasar keuangan. Kondisi ini akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah maupun efisiensi pasar valas domestik.
Penguatan rupiah juga menopang inflasi yang terjaga pada level yang rendah pada tahun depan. BI memperkirakan inflasi pada tahun ini berada di bawah 3,5%, sementara tahun berikutnya pada rentang 2-4%. Inflasi ini ditopang oleh konsistensi kebijakan untuk stabilitasi harga serta koordinasi antara pemerintah pusat maupun daerah.
Untuk pertumbuhan ekonomi, BI memperkirakan angkanya akan pada rentang 5,1-5,5%. Proyeksi tersebut lebih rendah dari asumsi pemerintah dalam RAPBN 2020 sebesar 5,3-5,6%.
Pertumbuhan pada tahun depan diperkirakan ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat dan kinerja sektor eksternal yang mulai membaik dari sisi permintaan domestik. Sementara konsumsi diperkirakan tumbuh tetap tinggi diikuti dengan investasi yang meningkat.
Sementara, ekspor diperkirakan juga menopang pertumbuhan ekonomi, seiring dengan membaiknya proyeksi ekonomi global dan harga komoditas yang membaik. "Prospek ekonomi domestik juga ditopang oleh perbaikan efisiensi dan produktivitas perekonomian dari berbagai kebijakan reformasi struktural," ujarnya.
(Baca: Sri Mulyani Sebut APBN 2020 Fokus Tingkatkan Daya Saing dan SDM)