BPS: Inflasi Juni Capai 0,55% Akibat Tingginya Harga Cabai Merah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulanan pada Juni 2019 sebesar 0,55% atau 2,05% secara tahun kalender dan 3,28% secara tahunan. Infasi Juni 2019 ini, menurut BPS, termasuk terkendali karena keberhasilan beberapa program yang dilaksanakan pemerintah.
Sebagai catatan, inflasi bulanan pada Januari sebesar 0,32%, sementara Februari mengalami deflasi 0,08%, Maret kembali inflasi sebesar 0,11%, lalu April inflasi 0,44%, dan Mei inflasi sebesar 0,68%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan inflasi Juni masih dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan makanan yang memberi andil 0,38%. "Inflasi utamanya disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah, ikan segar dan selebihnya aneka sayuran seperti tomat sayur dan cabe hijau," kata dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (1/7).
Secara rinci, inflasi Juni disebabkan oleh harga cabai merah yang memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,2%. Kemudian ikan segar dengan andil sebesar 0,05%. Sementara, tomat sayur dan cabe hijau memberikan andil sebesar 0,01%.
Sejumlah bahan makanan lainnya justru mengalami deflasi, seperti bawang putih yang memberikan andil sebesar 0,06%, serta daging ayam ras dan telur ayam ras yang masing-masing menyumbang deflasi 0,02%.
(Baca: Survei BI: Inflasi Pekan Keempat Juni Capai 0,47%)
Di luar itu, subkelompok makanan memberi andil inflasi sebesar 0,10%. Inflasi makanan disebabkan kenaikan harga nasi dan lauk pauk sebesar 0,22% serta kenaikan mie dan rokok kretek filter dengan sumbangan sebesar 0,01%.
Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,17% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,04%. Penyumbang utama inflasi ini ialah kenaikan upah Asisten Rumah Tangga (ART) sebesar 0,01%, selebihnya kenaikan tipis.
Kelompok sandang hanya memberikan andil 0,05% terhadap inflasi. Kenaikan terbesarnya terjadi pada harga emas perhiasan 0,02%. "Harga emas cukup naik signifikan di 76 kota di indonesia, dengan kenaikan tertinggi di Serang yang mencapai 6%, demikian di Ternate dan Tarakan 5%," ucap Suhariyanto. Adapun pendidikan diperkirakan akan menyumbang inflasi pada bulan Juli ketika anak-anak mulai sekolah.
(Baca: Harga Cabai Masih Tinggi Pasca-Lebaran, Kemendag: Pasokan Minim)
Untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, mengalami deflasi mencapai 0,14%. Deflasi disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara sebesar 0,04%. BPS mencatat, 32 kota mengalami penurunan harga. Di Makassar harga angkutan udara turun 12% dibanding bulan sebelum. Disusul Batam 11% dibanding bulan Mei. Namun, tarif angkutan antarkota masih menyumbang inflasi 0,01%
Suhariyanto menyebutkan pemerintah masih akan terus menjalankan program 4K yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. "Selain itu, pentingnya Perpres no. 39 tahun 2019 dalam pembangunan," saat dia menutup konferensi pers.