Terdampak Corona, Devisa Impor dari Tiongkok Anjlok 51%
Penyebaran virus corona telah mempengaruhi kegiatan ekspor-impor Indonesia ke Tiongkok. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, devisa impor Indonesia ke Negeri Panda turun drastis hingga separuhnya akibat penyebaran virus yang juga disebut Covid-19.
Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Syarif Hidayat mengatakan, nilai devisa impor dari Tiongkok pada pekan terakhir Februari hanya sebesar US$ 463 juta, anjlok 51% atau turun sekitar US$ 485 juta dibanding pekan terakhir Januari mencapai US$ 948 juta.
"Kita bisa lihat dampak dari corona ini sudah kelihatan dengan terjadinya penurunan impor dari Tiongkok," kata Syarif dalam konferensi pers di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (3/3).
(Baca: Lawan Dampak Ekonomi Corona, Pemerintah Permudah Impor 500 Perusahaan)
Adapun penurunan yang cukup signifikan menurutnya hanya terjadi pada nilai devisa impor dari Tiongkok. Sedangkan dari negara utama lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, dan Singapura nilai devisa impor masih stabil.
Berdasarkan jenis barang, devisa impor barang komputer, mesin, semi-manufaktur, tekstil, dan telepon tercatat menurun tajam. Adapun salah satu komoditas yang mengalami penurunan nilai devisa impor paling tajam, yakni tekstil yakni sekitar 58,3% dari US$ 136,1 juta menjadi US$ 56,8 juta.
Kemudian impor mesin yang menurun 17,9% menjadi US$ 139,7 juta dan impor komputer menurun 80,1% menjadi US$ 16,1 juta pada pekan keempat Februari.
Syarif menuturkan, penurunan impor dari Tiongkok juga disertai penurunan ekspor dari Tiongkok. "Namun penurunannya relatif lebih kecil dibandingkan impor," kata dia.
(Baca: BPS: Virus Corona Sebabkan Ekspor dan Impor Indonesia-Tiongkok Turun)
Hingga pekan keempat Februari, nilai devisa ekspor Indonesia ke Tiongkok turun US$ 51 juta dari US$ 557 juta menjadi US$ 506 juta. Penurunan tersebut juga merupakan yang paling tajam jika dibandingkan dengan penurunan ekspor negara lain dari AS, Singapura, Jepang, India, dan Malaysia.
Berdasarkan komoditas yang diekspor, bahan primer turun US$ 34,2 juta dari US$ 82,1 juta menjadi US$ 47,9 juta. Minyak mentah dan turunannya anjlok US$ 42,5 juta dari US$ 62,8 juta menjadi US$ 20,3 juta.
Lemak dan minyak juga turun US$ 10,5 juta dari US$ 30,8 juta menjadi US$ 20,3 juta. Ekspor barang tambang mineral dan logam menurun US$ 11,6 juta dari US$ 19,8 juta menjadi US$ 8,2 juta.
Dengan penurunan impor yang cukup tajam dibanding ekspor dari Tiongkok, Syarif berharap neraca perdagangan Indonesia bisa membaik. "Karena selisihnya mengecil, net ekspor biasanya jadi lebih baik. Tapi kita lihat datanya nanti di BPS karena ini baru nilai devisanya saja," ujarnya.