Respons Langkah The Fed Atasi Corona, BI Diramal Pangkas Bunga 0,25%
Bank Indonesia akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur dalam konferensi pers melalui video streaming pada siang ini, Kamis (19/3). BI diperkirakan kembali memangkas bunga acuannya sebesar 0,25% menjadi 4,5%.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai, terdapat ruang penurunan suku bunga acuan 0,25% siang ini. "Ruang penurunan tersebut didorong oleh langkah pre-emptive yang dilakukan BI," kata Andry dalam keterangan resmi, Kamis (19/3).
Langkah tersebut kemungkinan ditempuh untuk mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi global, terutama akibat penyebaran virus corona.
Di sisi lain, Andri melihat inflasi masih stabil dan terkendali dan akan berada dikisaran 3,25% sepanjang tahun ini. Industri perbankan juga sudah mengantisipasi dampak risiko perlambatan ekonomi akibat virus corona.
(Baca: Kurs Rupiah Tembus Rp 15.315 per Dolar AS, Terlemah sejak Krismon 1998)
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Ryan Kiryanto turut juga memperkirakan, BI akan menurunkan bunga acuannya 0,25%. "Ini mempertimbangkan faktor eksternal seperti efek Covid-19," ujar Ryan kepada Katadata.co.id .
Prediksi penurunan bunga BI seiring dengan langkah The Fed memangkas bunga acuan menjadi 0%-0,25% dan diikuti sejumlah bank sentral lainnya. Selain itu, harga minyak yang anjlok, pasar modal global yang terkoreksi tajam, kasus Covid-19 yang melonjak, permintaan agregat yang menurun, pelemahan sektor riil, serta kondisi inflasi dan neraca dagang juga akan mempengaruhi keputusan BI.
Di sisi lain, BI juga masih mempunyai ruang untuk melonggarkan kebijakan makroprudensial dengan menurunkan GWM rupiah dan valas masing-masing sebesar 0,5%.
(Baca: IHSG Anjlok ke Level 4.113, Perdagangan Bursa Pagi Ini Dibekukan Lagi)
"Semuanya itu untuk memberikan spirit, dorongan dan sentimen positif ke pelaku pasar dan dunia usaha bahwa BI benar-benar selalu ahead the curve and in the market," ucap dia.
Meski BI memangkas bunga, ia menilai langkah tersebut belum cukup untuk menstimulasi perekonomian jika permintaan masih tetap lemah. Kebutuhan fiskal yang efektif dunilai lebih dibutuhkan.
Komunikasi pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 perlu dioptimalkan untuk menenangkan pasar. Di sisi lain, penurunan suku bunga BI dan relaksasi kebijakan makroprudensial akan mendorong perbankan menyalurkan likuiditas. "Terutama dalam menyesuaikan suku bunga kredit sesuai yang diharapkan oleh otoritas keuangan," tutupnya.