BI Prediksi Pengusaha Tak Kerek Harga Meski Dolar AS Tembus Rp 16 Ribu

Agatha Olivia Victoria
26 Maret 2020, 20:09
rupiah melemah, inflasi, kenaikan harga, pandemi corona, virus corona, covid-19
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi minim.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot sejak awal tahun hingga hari ini telah melemah 17% ke posisi Rp 16.305 per dolar AS. Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia memperkirakan para pengusaha tak akan menaikkan harga jual produksinya sehingga inflasi tetap akan terjaga.

"Saya tidak yakin sektor korporasi akan menaikkan harga karena pelemahan rupiah," ujar Perry di Jakarta, Kamis (26/3).

Perry meyakini dampak pelemahan rupiah sangat rendah terhadap inflasi. Hingga saat ini, bahwa belum ada lonjakan harga komoditas di pasar.

Ia menjelaskan terdapat empat hal yang membuat BI yakin dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi minim. Pertama. ketersediaan pasokan yang cukup. "Pengaruh inflasi dari bahan makanan itu minimal," kata dia. 

(Baca: Modal Asing Kembali Masuk RI, Rupiah Menguat ke Rp 16.305 per Dolar AS)

Kedua, jika dibandingkan sisi permintaan dan penawaran secara agregat dalam ekonomi, kenaikan permintaan dapat dipenuhi dari kenaikan penawaran. Dengan demikian kesenjangan output negatif terhadap inflasi. 

Ketiga,  BIconfidence  kebijakan moneter untuk memastikan sasaran inflasi tercapai,  termasuk koordinasi erat dengan tim pengendali inflasi pusat dan daerah. 

Keempat, pelemahan rupiah diyakini hanya sementara akibat kenpanikan global. "Begitu ada kejelasan terkait Covid-19 dan kebijakan ekonomi maka rupiah akan kembali menguat. Jadi pelemahan rupiah ini sementara," ungkap dia.

Adapun BI memperkirakan inflasi bulan Maret sebesar 0,11% secara bulanan, atau 2,98% secara tahunan. Perry pun optimistis target inflasi di kisaran 3% tahun ini bakal tercapai. 

(Baca: BI Sediakan Uang Baru Rp 450 Triliun Cegah Penyebaran Virus Corona)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi Februari mencapai 0,28% secara bulanan, lebih rendah dibanding bulan Januari sebesar 0,39%. Inflasi disumbang kenaikan harga pada sejumlah bahan pangan seperti bawang putih dan cabai merah, hingga rokok.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti menjelaskan inflasi secara tahun kalender mencapai 0,66%, sedangkan secara tahunan tercatat 2,98%. Inflasi terjadi di 90 kota indeks harga konsumen, sedangkan 17 kota IHK mengalami deflasi.

"Inflasi Februari sebenarnya relatif lebih stabil dibandingkan Januari, tetapi Februari 2019 itu terjadi deflasi 0,08%" ujar Deputi Bidang dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/3).

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...