IHSG Berpeluang Tembus Level 7.400 Usai BI Pangkas Suku Bunga ke 5,25%


Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berpotensi naik hingga level 7.400 imbas keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%.
Analis MNC Sekuritas Cabang Pantai Indah Kapuk Hijjah Marhama menjelaskan, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh banyak variabel. Salah satunya, penguatan rupiah yang dapat menjadi katalis positif.
Ia memperkirakan, rupiah dalam jangka pendek dapat menuju level Rp 16.000–Rp 16.100 dan menjadi katalis positif bagi IHSG untuk bergerak naik ke kisaran 7.300–7.400.
"Setelah BI mengumumkan penurunan suku bunga, IHSG langsung merespons positif dengan menembus level psikologis 7.200," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (16/7).
Menurut Rahma, pemangkasan BI Rate sebenarnya sudah diperkirakan akan terjadi bulan ini. Hal ini didorong oleh sejumlah faktor, seperti kejelasan tarif impor yang kini berada di level 19% sesuai Memorandum of Understanding (MoU) dari sebelumnya dipatok sebesar 32%, serta prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed hingga dua kali pada akhir tahun.
Selain itu, menurut dia, penurunan suku bunga sudah menjadi pertimbangan kuat lantaran dalam dua bulan terakhir, nilai tukar rupiah menguat di bawah level Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat.
“Jadi secara waktu, pemangkasan suku bunga bulan ini sangat tepat,” ujar Rahma saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (16/7).
Menurut dia, arah kebijakan suku bunga rendah sudah semakin jelas. Di Amerika Serikat, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) diperkirakan akan turun seiring potensi aliran dana asing masuk (inflow) ke pasar negara berkembang.
Aliran modal asing masuk ini berpotensi mengalir ke instrumen Surat Utang Negara dan Surat Berharga Negara. Hal ini akan berdampak positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah yang berpotensi menguat, sekaligus memberikan sinyal bullish untuk pasar saham, termasuk IHSG.
Tim analis Mirae Asset Sekuritas juga menilai penurunan BI Rate ini menjadi tambahan katalis positif bagi perekonomian Indonesia. Apalagi, langkah ini datang setelah pemerintah Amerika Serikat memangkas tarif impor terhadap produk asal Indonesia dari 35% menjadi 19%.
“Langkah BI ini diharapkan dapat kembali menggairahkan ekonomi Indonesia yang belakangan ini mulai melambat,” tulis analis Mirae Asset dalam keterangan resminya.