Pemerintah dan 3 BUMN Kakap Tawarkan Obligasi Global Rp 165 Triliun
Pemerintah Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), dan PT Pertamina (Persero) memulai penawaran obligasi global dengan nilai total US$ 11 miliar atau sekitar Rp 165 triliun kepada investor global. Dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membiayai defisit anggaran, akuisisi saham Freeport, dan membiayai modal kerja perusahaan.
Sumber Strait Times menyebutkan, Pertamina dan Inalum akan menemui investor di Amerika Serikat (AS) dan Eropa pada pekan ini. Sementara itu, Pemerintah Indonesia dan PLN akan menyusul dalam waktu dekat. Pertamina dan PLN diperkirakan akan menerbitkan obligasi global dengan nilai masing-masing US$ 2 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.
Adapun, Inalum akan menerbitkan obligasi dengan nilai minimal US$ 4 miliar atau Rp 60 triliun. Sementara itu, Pemerintah Indonesia diperkirakan bakal menawarkan obligasi global dengan nilai hingga US$ 3 miliar.
Direktur Keuangan PLN Sarwono dalam keterangan resminya mengatakan, PLN menawarkan obligasi global senilai total US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 22,5 triliun. Obligasi yang diterbitkan dalam denominasi dolar AS dan euro itu akan digunakan untuk mendanai kebutuhan investasi dan proyek listrik 35 Gigawatt (GW).
PLN menerbitkan global bond tersebut dalam tiga seri. Seri pertama memiliki nilai pokok US$ 500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan dan tingkat bunga 5,375%. Seri kedua dengan nilai pokok US$ 500 juta dan tenor 30 tahun 3 bulan memberikan kupon 6,25%. Adapun seri ketiga dengan nilai pokok 500 juta euro memiliki tenor 7 tahun dan bunga 2,875%.
(Baca: PLN Jual Obligasi Global US$ 1,5 Miliar untuk Biayai Proyek 35 GW)
Pertamina sebelumnya juga mengungkapkan rencana penerbitan global bond sebelum akhir tahun ini. Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury mengatakan, dana hasil penerbitan obligasi dalam denominasi dolar AS itu akan digunakan untuk membiayai investasi jangka panjang perusahaan. Investasi itu mencakup sektor hulu minyak dan gas (migas), serta panas bumi.
Pertamina melibatkan lima bank dalam penawaran obligasi global ini. "Request for proposal dan audit sudah kami lakukan," kata Pahala, di Jakarta, Rabu (3/10). Namun, Pertamina tidak menyebutkan berapa besar target dana yang dibidik perseroan dalam penerbitan surat utang tersebut.
(Baca: Pertamina Berencana Terbitkan Obligasi Valas Sebelum Akhir Tahun)
Sementara itu, Inalum membutuhkan dana US$ 3,85 miliar atau Rp 56 triliun untuk meningkatkan kepemilikan saham di Freeport dari 9,36% menjadi 51,23%. Dari kebutuhan dana tersebut, sekitar Rp 16 triliun akan dipenuhi dengan kas Inalum. Untuk menutup sisa kebutuhan dana, Inalum tidak menutup kemungkinan adanya penerbitan obligasi global. "Dana ini untuk membayar pinjaman dari 11 bank yang mendanai pembayaran saham Freeport. Kami cari yang paling murah," kata Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, September lalu.
(Baca: Sah Beli Saham Freeport, Inalum Bayar Tunai Rp 56 Triliun di November)