PBB Desak Negara-negara Rampungkan Target Iklim Sebelum COP30

Hari Widowati
24 Juli 2025, 10:30
PBB, perubahan iklim, NDC, COP30
ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Harviyan Perdana Putra/foc.
Sekjen Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres (kiri) berjalan usai konferensi pers KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan dunia telah melewati titik yang tak terelakkan dalam peralihan ke energi terbarukan. Ia mendesak negara-negara untuk mengajukan rencana iklim baru yang menyeluruh sebelum KTT Iklim COP30 di Brasil berlangsung pada November 2025.

Dalam sebuah sambutan khusus di Markas Besar PBB di New York, Guterres mengatakan era bahan bakar fosil mendekati akhir. Ia mengutip lonjakan investasi energi bersih dan penurunan tajam biaya tenaga surya dan angin yang kini lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil.

“Transisi energi tidak dapat dihentikan, tetapi transisinya belum cukup cepat atau adil,” ujar Guterres, dalam keterangan resmi di situs PBB, Rabu (23/7).

Pidato berjudul Momentum untuk Mempercepat Era Energi Bersih – sebuah kelanjutan dari Momen Kebenaran tahun lalu – disampaikan berbarengan dengan laporan teknis baru PBB yang menggunakan data dari badan energi dan keuangan global.

“Ikutilah aliran uangnya,” kata Guterres. Ia mencatat tahun lalu investasi US$ 2 triliun mengalir ke energi bersih, meningkat US$ 800 miliar lebih banyak daripada investasi bahan bakar fosil. Angka tersebut juga menunjukkan peningkatan hampir 70% untuk investasi energi bersih dalam satu dekade terakhir.

Pergeseran dalam Kemungkinan

Dia mencatat data baru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) yang menunjukkan tenaga surya, yang dulunya empat kali lebih mahal, kini 41% lebih murah daripada bahan bakar fosil.

Demikian pula, tenaga angin lepas pantai 53% lebih murah, dengan lebih dari 90% energi terbarukan baru di seluruh dunia mengalahkan alternatif bahan bakar fosil baru termurah.

“Ini bukan hanya pergeseran dalam kekuatan. Ini adalah pergeseran dalam kemungkinan,” katanya.

Guterres menyatakan energi terbarukan hampir menyamai bahan bakar fosil dalam kapasitas daya terpasang global. "Hampir semua kapasitas daya baru yang dibangun tahun lalu berasal dari energi terbarukan," ujar dia.

Energi Bersih Tak Terhentikan

Guterres menekankan masa depan energi bersih bukan lagi sebuah janji tetapi sebuah fakta. Tidak ada pemerintah, industri, atau kepentingan khusus yang dapat menghentikannya.

“Tentu saja, lobi bahan bakar fosil akan mencoba, dan kita tahu sejauh mana mereka akan berusaha. Tetapi, saya tidak pernah merasa lebih yakin mereka akan gagal karena kita telah melewati titik di mana kita tidak bisa kembali,” ujar Guterres.

Dia mendesak negara-negara untuk mengunci ambisi ke dalam putaran berikutnya dari rencana iklim nasional, atau NDC, yang jatuh tempo dalam beberapa bulan. Guterres menyerukan negara-negara G20, yang bertanggung jawab atas 80% emisi, untuk menyerahkan rencana baru yang selaras dengan batas 1,5°C dan mempresentasikannya pada acara KTT PBB pada September mendatang.

"Target itu harus menggandakan efisiensi energi dan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030 sambil mempercepat transisi dari bahan bakar fosil," lanjut Guterres.

Kedaulatan Energi

Sekretaris Jenderal PBB juga menyoroti risiko geopolitik dari ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Ancaman terbesar bagi keamanan energi saat ini adalah bahan bakar fosil,” katanya, mengutip guncangan harga yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

“Tidak ada lonjakan harga untuk sinar matahari, tidak ada embargo untuk angin. Energi terbarukan berarti keamanan energi yang sesungguhnya, kedaulatan energi yang sesungguhnya, dan kebebasan yang sesungguhnya dari volatilitas bahan bakar fosil.”

Enam Peluang Transisi Energi

Guterres memetakan enam “bidang peluang” untuk mempercepat transisi sebagai berikut:
1. NDC yang ambisius,
2. Jaringan dan penyimpanan modern,
3. Memenuhi permintaan yang melonjak secara berkelanjutan,
4. Transisi yang adil bagi pekerja dan masyarakat,
5. Reformasi perdagangan untuk memperluas rantai pasokan teknologi bersih, dan
6. Memobilisasi keuangan ke pasar negara berkembang.

Namun, pembiayaan adalah titik hambatannya. Afrika, rumah bagi 60% sumber daya matahari terbaik di dunia, hanya menerima 2% investasi energi bersih global tahun lalu.

Hanya satu dari lima dolar energi bersih selama dekade terakhir yang masuk ke negara berkembang dan negara berkembang di luar Cina. Arus dana harus meningkat lebih dari lima kali lipat pada tahun 2030 untuk menjaga batas 1,5 derajat Celcius tetap hidup dan memberikan akses universal.

Guterres mendesak reformasi keuangan global, bank pembangunan multilateral yang lebih kuat, dan keringanan utang, termasuk pertukaran utang untuk iklim.

“Era bahan bakar fosil sedang goyah dan gagal. Kita berada di ambang era energi baru,” kata Guterres menutup pidatonya.

“Dunia itu dapat dicapai, tetapi itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Tidak cukup cepat. Tidak cukup adil. Ini tergantung pada kita. Inilah momen peluang kita.”

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...