Riset: Ada Risiko Peningkatan Kemiskinan dalam Transisi Energi

Ajeng Dwita Ayuningtyas
21 Juli 2025, 13:15
transisi energi, kemiskinan
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/rwa.
Puluhan mahasiswa mengikuti aksi simpatik krisis iklim dan percepatan transisi energi di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/8/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hasil studi para peneliti dari berbagai lembaga menunjukkan transisi energi berpotensi memperparah kondisi kelompok rentan dengan kemiskinan dan ketimpangan yang semakin tinggi. Peningkatan kemiskinan terjadi akibat penetapan harga karbon yang lebih tinggi untuk Net Zero Emission (NZE), sehingga menaikkan harga komoditas.

Harga komoditas yang melonjak dinilai memperlambat penurunan tingkat kemiskinan. Situasi ini konsisten ditemukan di kelompok rumah tangga rentan, yaitu rumah tangga yang dikepalai perempuan, rumah tangga dengan penyandang disabilitas, dan rumah tangga dengan anak-anak atau lansia (orang lanjut usia).

Studi kolaboratif tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (LPEM FEB UI), Australian University, The SMERU Research Institute, dan Institute for Essential Services Reform (IESR).

Hasil studi tersebut juga mengemukakan, risiko tingkat kemiskinan tertinggi akan terjadi pada 2045 sebesar 4,6% dengan skenario Indonesia mencapai NZE pada 2050. 

Risiko NZE 2050 menjadi yang paling tinggi, dibandingkan skenario NZE 2060 dan NZE 2080. Semakin cepat Indonesia mencapai target NZE, semakin tinggi pula kemiskinan pada akhir periode simulasi.

Hal ini juga selaras dengan dampak transisi energi terhadap ketimpangan sosial. Untuk mencapai NZE pada 2050, terjadi ketimpangan lebih tinggi pada 2045, yaitu sebesar 0,3555. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil skenario penggunaan energi batu bara, yang mencapai ketimpangan 0,347.

Rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih berisiko pada periode 2040-2045, dengan ketimpangan dapat mencapai 0,392. Situasi tersebut dapat menghambat cita-cita Indonesia Emas 2045, karena kemiskinan dan ketimpangan yang terjadi. 

Dampak Positif Stimulus Fiskal pada Transisi Energi

Tingkat kemiskinan dan ketimpangan semakin menyempit jika pemerintah memberikan stimulus fiskal dalam skenario NZE 2050, NZE 2060, maupun NZE 2080. Dengan stimulus fiskal, tingkat kemiskinan rumah tangga diproyeksikan turun hingga 1,92% pada 2045.

Meskipun belum mencapai target penurunan tingkat kemiskinan dan tingkat ketimpangan Indonesia Emas 2045, stimulus fiskal memberi efek positif pada seluruh kelompok rentan. Hal ini justru lebih efektif dibandingkan skenario penggunaan energi batu bara.

Tidak berlangsung instan, penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan ini terjadi berangsur-angsur di setiap kelompok rentan.

Transisi energi yang sehat ini dapat dicapai dengan lembaga-lembaga yang berkomitmen pada dua prinsip utama. Prinsip tersebut adalah penetapan harga karbon dan daur ulang pendapatan.

Penetapan harga karbon yang efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan lingkungan. Kemudian, komitmen menetapkan kebijakan daur ulang pendapatan, termasuk dari pajak karbon, untuk didistribusikan kembali kepada kelompok rentan juga menjadi instrumen penting.

Para peneliti menegaskan, hanya dengan komitmen kuat ini, pengurangan kemiskinan dan ketimpangan melalui stimulus fiskal dapat diwujudkan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...