Indonesia Bakal Punya Tambahan 140 MW Pembangkit Panas Bumi di 2025

Image title
14 April 2025, 11:50
Pekerja beraktivitas di areal instalasi sumur geothermal atau panas bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Dusun Bitingan, Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/10/2024).
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.
Pekerja beraktivitas di areal instalasi sumur geothermal atau panas bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Dusun Bitingan, Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/10/2024). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong berbagai upaya untuk mengoptimalisasi pemanfaatan tenaga panas bumi bagi kelistrikan dengan mengembangkan proyek PLTP karena ramah lingkungan, terbarukan dan berkelanjutan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), mencatat Indonesia akan menambah jumlah kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 140 megawatt (MW) sepanjang 2025.

Ketua Umum API, Julfi Hadi, mengatakan jumlah tersebut berasal dari beberapa pembangkit yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia seperti Gunung Ijen dan Gunung Salak.

 “Mungkin dari ijen sekitar 35 MW,” ujar Julfi dalam konferensi pers IICGE 2025, di Jakarta, Senin (14/4).

Julfi mengatakan, angka 140 MW juga berasal dari beberapa pembangkit milik Pertamina Geothermal Energy di wilayah kerja panas bumi (WKP) Lumut Balai dengan kapasitas 55 MW. Selain itu, tambahan tersebut juga akan berasal dari WKP Gunung Salak dengan kapasitas 15 MW dan beberapa lainya berasal dari KS Orka.

Julfi mengatakan, asosiasi dan pemerintah akan terus mendorong percepatan pembangunan PLTP di Indonesia hinngga mencapai 5 gigawatt pada tahun 2030.

“Intinya percepatan supaya tahun-tahun depan kita bisa mencapai 5.000 MW di 2030,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun investasi pada sektor panas bumi mencapai US$9,3 miliar.

Sedangkan untuk pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor panas bumi pada tahun 2024 mencapai Rp18,2 triliun.

 “Nah ini cukup luar biasa, panas bumi menyumbang PNBP, jadi bukan hanya Minerba dan Migas saja yang menyumbang PNBP, tetapi panas bumi di lingkup EBTKE itu menyumbang cukup banyak juga walaupun tidak sebesar yang Minerba dan Migas,” ujar Eniya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...