Kementerian ESDM Gandeng Konsorsium Asing Kembangkan Panas Bumi di NTT
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng Eastern Indonesia Geothermal Consortium untuk mengembangkan panas bumi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak. Adapun, Eastern Indonesia Geothermal Consortium terdiri dari North Tech Energy, Turboden SpA dan SATE Ltd. Mereka berminat mengembangkan lapangan panas bumi di Pulau Flores untuk memenuhi listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kerja sama konsorsium dengan Badan Layanan Umum (BLU) di Badan Litbang ESDM dimaksudkan untuk memfasilitasi investasi konsorsium dalam pengembangan dan pengusahaan panas bumi. "Ikut mempercepat investasi panas bumi," kata Kepala Badan Litbang ESDM, Sutijastoto dikutip dari keterangan resminya, Rabu (30/1).
Konsorsium terbagi dua kelompok, yakni kelompok penyedia jasa dan penyedia ekuitas. Penyedia jasa terdiri dari ISOR (Badan Geologi Pemerintah Islandia) dan HIVOS. ISOR berpengalaman melakukan pemetaan di bawah permukaan tanah, analisa data 3G, penentuan target pengeboran dan pendampingan selama pengeboran.
Sementara itu, HIVOS adalah lembaga swadaya internasional Belanda yang berperan menyiapkan masyarakat di lokasi pengembangan panas bumi. HIVOS memberiklan persiapan dan pelatihan di tingkat masyarakat untuk membentuk unit usaha yang memanfaatkan suplai listrik dari panas bumi dan pengembangan rumah tangga yang teraliri listrik.
Adapun yang tergabung dalam penyedia ekuitas adalah North Tech Energy (NTE) BV, Turboden SpA, EMO dan Infunde Capital. Lalu NTE BV berperan sebagai penyedia jasa dan ekuitas. Turboden SpA adalah produsen turbin dengan teknologi organic rankine cycle (ORC), FMO (Bank Pembangunan Pemerintah Belanda) memberikan pembiayaan pengembangan panas bumi.
Infunde Capital berperan sebagai pengembang lapangan panas bumi dengan mengkoordinasikan semua pihak yang terlibat dan memastikan semua proses sesuai dengan kaidah bisnis yang baik. RVO adalah lembaga di bawah Kementerian Hubungan Ekonomi Belanda yang berperan dalam pemberian insentif kepada pihak swasta melalui Asuransi Risiko Sumber Daya
NTT memang memiliki potensi dalam pengembangan panas bumi karena memiliki enegi 1.276 MWe. Dari jumlah tersebut, 776 MWe terdapat di Flores.
Flores memang sudah ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi, melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017. Dari 12 wilayah prospek panas bumi, ada tiga wilayah yang telah mendapat izin pengelolaan WKP (Wilayah Kerja Panas Bumi) dari Menteri ESDM, yaitu Ulumbu, Mataloko dan Sokoria.
Pengembangan panas bumi ini penting karena ada 11 perusahaan tambang mineral di Kabupaten Manggarai dan membutuhkan tambahan daya listrik cukup besar. Salah satunya pengolahan smelter mangan, yang membutuhkan energi 10 MW.
(Baca: Beroperasi 2019, Empat Pembangkit Panas Bumi Alirkan Listrik 180 MW)
Konsorsium itu pun akan mengembangkan potensi panas bumi di Pulau Flores, menggunakan teknologi dan metodologi yang lebih efisien dan murah, yakni teknik slim hole drilling pada pengeboran eksplorasi maupun produksi. Untuk tahap produksi, konsorsium akan menggunakan turbin dengan teknologi wellhead turbine yang langsung dipasang di atas sumur panas bumi. Turbin dapat disesuaikan dengan karakter tiap sumur, baik temperatur maupun tekanannya. Teknologi ini tepat untuk lapangan panas bumi berukuran kecil dan kebutuhan listrik yang tidak terlalu besar.