BNPB: Riau Jadi Episentrum Karhutla

Hari Widowati
22 Juli 2025, 07:16
BNPB, Karhutla, Riau
ANTARA FOTO/Rony Muharrman/bar
Petugas dari dinas pemadam kebakaran Kota Pekanu berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Pekanu, Riau, Senin (21//7/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan Provinsi Riau masih menjadi wilayah episentrum kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luasan lahan terbakar paling besar sepanjang 2025.

"Daerah paling dominan terbakar saat ini di Riau adalah Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis, dan Rokan Hilir," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam program siaran Disaster Briefing yang diikuti Antara di Jakarta, Senin (21/7).

Hingga pertengahan Juli 2025, karhutla secara merata melanda 12 kabupaten atau kota di Riau. Jumlah luasan lahan yang terbakar terbesar di Kampar dan Bengkalis yang melampaui 100 hektare, kemudian Kabupaten Rokan Hilir, Siak hingga Indragiri Hilir lebih dari 50 hektare.

"Kota Pekanbaru seluas 21,08 hektare atau bertambah seluas 6 hektare dari laporan kejadian pekan lalu dan api masih terus membara di kawasan terdampak," kata Abdul Muhari.

Mayoritas kawasan yang terbakar tersebut adalah lahan gambut - lahan mineral yang digunakan untuk aktivitas ekonomi masyarakat. Ada juga yang masuk dalam wilayah konsesi hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit.

BNPB menyoroti pentingnya peningkatan pelaporan dan kesiapsiagaan di daerah, karena tidak semua kejadian karhutla segera dilaporkan saat terjadi eskalasi ke pusat.

Dia mengingatkan perubahan musim dan dinamika di lapangan juga menuntut perhatian bersama yang secara terus-menerus. Hal ini penting agar jangan sampai asap kebakaran merugikan kesehatan masyarakat domestik atau bahkan wilayah negara tetangga.

"Kita minta pengelola perkebunan secara aktif melihat kawasan yang mereka kelola, dan ikut bertanggung jawab. Jangan sampai pemerintah mengeluarkan anggaran banyak dan sudah memulai kesiapsiagaan sejak Februari tapi belum bisa teratasi," ujar Abdul.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...