Krisis Iklim Membuat Harga Pangan Dunia Makin Mahal

Hari Widowati
21 Juli 2025, 16:21
krisis iklim, harga pangan, cuaca ekstrem
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas.
Ilustrasi kakao
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kubis Korea Selatan, selada Australia, beras Jepang, kopi Brasil, dan kakao Ghana adalah beberapa dari sekian banyak makanan yang terkena dampak kenaikan harga akibat peristiwa iklim ekstrem sejak tahun 2022. Hal tersebut terungkap dalam hasil penelitian tim ilmuwan internasional.

Penelitian yang dirilis pada Senin (21/7), menyebutkan harga kakao global melonjak 280% pada April 2024, menyusul gelombang panas di Ghana dan Pantai Gading. Adapun harga selada di Australia melejit 300% setelah banjir pada tahun 2022.

Dalam sebagian besar kasus, kenaikan harga terjadi segera setelah gelombang panas, termasuk kenaikan 70% pada harga kubis di Korea Selatan pada September 2024, kenaikan 48% pada harga beras di Jepang pada September 2024, dan kenaikan 81% pada harga kentang di India pada awal 2024.

Kenaikan harga lainnya terkait dengan kekeringan, seperti kekeringan tahun 2023 di Brasil yang mendahului kenaikan 55% pada harga kopi global pada tahun berikutnya. Kekeringan tahun 2022 di Ethiopia terjadi sebelum harga pangan secara keseluruhan di sana meningkat sebesar 40% pada tahun 2023.

Penelitian yang diterbitkan oleh enam organisasi penelitian Eropa bersama dengan Bank Sentral Eropa ini, dirilis sebelum Konferensi Tingkat Tinggi Sistem Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Konferensi tersebut akan diselenggarakan bersama oleh Ethiopia dan Italia di Addis Ababa, Ethiopia, dari 27 Juli hingga 29 Juli 2025.

"Sampai kita mencapai emisi nol bersih, cuaca ekstrem hanya akan bertambah buruk, tetapi sudah merusak tanaman dan menaikkan harga pangan di seluruh dunia," kata penulis utama laporan tersebut, Maximillian Kotz, dari Barcelona Supercomputing Center, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (21/7).

“Masyarakat mulai menyadari, kenaikan harga pangan merupakan dampak perubahan iklim nomor dua yang mereka rasakan dalam kehidupan mereka, hanya kalah dari panas ekstrem itu sendiri,” ujar Kotz. Ia mengatakan keluarga berpenghasilan rendah sering kali paling terdampak ketika “harga pangan melonjak”.

Keterjangkauan Harga Pangan Jadi Isu Utama 

Laporan ini muncul ketika biaya hidup, termasuk keterjangkauan pangan, menjadi isu utama bagi banyak pemilih menjelang pemilihan umum di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di Jepang. Harga beras menjadi perhatian banyak pemilih saat mereka pergi ke tempat pemungutan suara akhir pekan ini.

Harga bahan makanan juga menjadi isu utama dalam pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada tahun 2024 dan di Argentina pada tahun 2023.

"Di Inggris, perubahan iklim menambah 360 poundsterling (Rp 7,9 juta) pada tagihan makanan rumah tangga rata-rata sepanjang tahun 2022 dan 2023 saja," kata salah satu penulis laporan, Amber Sawyer, dari Energy and Climate Intelligence Unit (ECIU).

Sawyer mengungkapkan, tahun lalu, Inggris mengalami panen lahan subur terburuk ketiga dalam catatan sejarah. Inggris juga mengalami panen terburuk kedua, setelah curah hujan ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim melanda wilayahnya.

Di bawah Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), pemerintah telah berkomitmen untuk memangkas emisi global yang memicu krisis iklim sebesar 2,6% dari tahun 2019 hingga 2030.

Namun, komitmen ini jauh dari pengurangan yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk tetap dalam jangkauan target Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius.

Mahkamah Internasional (ICJ) diperkirakan akan menyampaikan opini penasihat penting tentang kewajiban hukum negara untuk mengatasi perubahan iklim pada hari Rabu (23/7). Opini ini akan disampaikan dalam sidang gugatan yang diajukan oleh Vanuatu dan didukung oleh banyak negara-negara di belahan bumi Selatan (Global South).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...