IESR: Emisi Karbon Bisa Berkurang 101 Juta Ton Jika Transum Naik 40%

Hari Widowati
16 Juli 2025, 10:30
IESR, emisi, polusi udara, transportasi umum
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Sejumlah penumpang menaiki Bus Listrik TransJakarta di kawasan Halte Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2024). PT TransJakarta mencatat angka pengguna TransJakarta pada tahun ini mencapai 1,3 juta penumpang per hari.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkirakan implementasi strategi peningkatan pangsa transportasi umum (transum) hingga 40% bisa mengurangi emisi sebesar 101 juta ton dari sektor transportasi.

“Implementasi pendekatan dan strategi Avoid-Shift-Improve (ASI) secara bersamaan akan memberi dampak positif, seperti mengurangi kendaraan pribadi, mendorong transportasi publik, menekan konsumsi bahan bakar fosil, dan mempercepat adopsi teknologi rendah emisi,” ujar Koordinator Riset Manajemen Permintaan Energi IESR Faris Adnan Padhilah, di Jakarta, Selasa (15/7).

IESR mengusulkan strategi mobilitas berkelanjutan terpadu berdasar pada tiga pendekatan utama, yakni Avoid-Shift-Improve (ASI) yang terdiri atas mengurangi kebutuhan mobilitas (Avoid), mengalihkan ke moda transportasi rendah emisi (Shift), dan meningkatkan teknologi dan efisiensi (Improve). Strategi tersebut dipaparkan dalam laporan Indonesia Sustainable Mobility Outlook (ISMO) 2025.

Pendekatan terpadu dinilai mampu menekan emisi sektor transportasi hingga 76%, yakni dari 561 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) menjadi 117 juta ton CO2e pada 2060.

Sebesar 24% emisi tersisa berasal dari transportasi barang yang belum dilakukan intervensi khusus dalam kajian tersebut.

Strategi Shift, dengan meningkatkan pangsa transportasi umum hingga 40%, berkontribusi paling besar dengan potensi pengurangan emisi sebesar 101 juta ton. Sementara itu, strategi Improve melalui adopsi kendaraan listrik hingga 66 juta mobil dan 143 juta motor listrik diproyeksikan menurunkan emisi hingga 210 juta ton pada tahun yang sama.

Chief Executive Officer (CEO) IESR Fabby Tumiwa mengatakan implementasi pendekatan ASI secara konsisten dan bersamaan sangat penting. Pada 2024 emisi dari sektor transportasi menyumbang 202 juta ton setara karbon dioksida atau sekitar 25% dari total emisi sektor energi nasional. Tanpa upaya serius, emisi itu bisa meningkat hampir tiga kali lipat pada 2060.

“Dari hasil pemodelan kami, pada tahun 2050 jarak tempuh per kapita diperkirakan melonjak hingga dua kali lipat. Tanpa strategi dekarbonisasi sektor transportasi, lonjakan ini akan memperburuk kemacetan, kenaikan impor bahan bakar minyak, dan polusi udara yang memperparah krisis kesehatan dan beban fiskal,” kata Fabby.

Karena itu, dekarbonisasi sektor transportasi sangat mendesak untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas, Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...