Delegasi Afrika dan Pasifik Keluhkan Mahalnya Akomodasi COP30

Ajeng Dwita Ayuningtyas
4 Juli 2025, 10:18
Afrika, delegasi, COP30
COP30 Brasil Amazonia/Raffa Neddermeyer
Kota Belem yang terletak di Amazonia, Brasil akan menjadi tuan rumah COP30 pada November 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Dengan waktu kurang dari lima bulan hingga COP30 dimulai di kota Belém, Amazon, negara-negara kepulauan Afrika dan Pasifik menyampaikan kekhawatirannya kepada pemerintah Brasil, mengenai biaya penginapan yang selangit. Hal ini dapat membahayakan partisipasi mereka dalam perundingan iklim PBB yang akan berlangsung pada November mendatang.

Dalam konferensi pers minggu lalu di Bonn, Jerman, Richard Muyungi, Ketua African Group Negotiator (AGN), mengatakan masalah akomodasi di Belém menimbulkan “kekhawatiran besar” bagi beberapa delegasi, termasuk beberapa negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.

"Saya telah menulis surat kepada presidensi COP untuk menyampaikan kekhawatiran kami. Kami telah berdiskusi dengan presidensi COP dengan jaminan mereka akan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat mengakomodasi kekhawatiran kami," kata negosiator Tanzania tersebut, seperti dikutip Climate Change News.

Ilana Seid, ketua kelompok negara-negara pulau kecil AOSIS, mengatakan perwakilan mereka belum menerima solusi tegas untuk mengatasi masalah biaya yang sangat tinggi akibat terbatasnya pilihan akomodasi di COP30.

Ketua kelompok negara-negara terbelakang atau Least Developed Countries (LDC), Evans Njewa dari Malawi, mengatakan kepada Climate Home bahwa para anggotanya juga telah menyampaikan kekhawatiran tentang aksesibilitas. Mereka beberapa kali berbicara mengenai isu tersebut dengan presidensi COP30 di Bonn.

Negosiator Panama Juan Carlos Monterrey mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial pada akhir Juni lalu bahwa ia khawatir COP30 dapat menjadi “COP yang paling tidak dapat diakses”.

Harga di Booking.com untuk hotel bintang tiga di Belém dapat melebihi US$ 5.000 atau Rp 80 juta (kurs Rp16.190/US$) per orang selama minggu pertama COP30 mulai 10 hingga 16 November 2025. Sementara itu, harga apartemen sewa di Airbnb diiklankan lebih dari US$ 430 atau Rp 6,9 juta per malam.

COP30 di Hutan Amazon 

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memilih Belém sebagai kota tuan rumah COP30 lebih dari dua tahun lalu. Pemilihan kota itu akan menempatkan hutan hujan Amazon di pusat pembicaraan iklim PBB. Sejak saat itu, kota tersebut telah berupaya keras untuk menyediakan cukup kamar dan transportasi baru bagi lebih dari 50.000 peserta yang diharapkan hadir.

Beberapa delegasi diperkirakan tidur di kapal pesiar sungai, ruang kelas yang dialihfungsikan, tenda, dan bahkan hotel jam-jaman, saat kota berpenduduk 1,3 juta jiwa ini mencari solusi kreatif untuk menghadapi gelombang besar pengunjung.

Penyelenggara COP telah menjanjikan sedikitnya 24.000 tempat tidur tambahan di Belém, serta platform akomodasi yang telah diresmikan pada akhir Mei. Namun, platform daring tersebut belum juga diluncurkan hingga awal Juli.

Salah satu sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan peluncuran platform tersebut tidak akan berlangsung setidaknya selama enam minggu ke depan. Sementara itu, sumber lain mengatakan alasan penundaan adalah kurangnya akomodasi untuk beriklan di platform tersebut.

Presiden COP30 André Aranha Corrêa Do Lago membela keputusan Lula yang memilih Belém sebagai tuan rumah COP30. Ia mengatakan bahwa perundingan tersebut akan menunjukkan "peran luar biasa" hutan hujan dalam memerangi perubahan iklim.

Dalam pengarahan kepada delegasi negara-negara yang hadir di Bonn tentang logistik pertemuan puncak Belém, Sekretaris Khusus COP30 Valter Correia mengatakan Brasil memiliki "sejarah panjang dalam mewujudkan apa yang menurut banyak orang tidak mungkin terjadi".

Untuk mengurangi tekanan pada logistik kota, Pemerintah Brasil memutuskan untuk memajukan sesi tingkat tinggi di awal pertemuan puncak, di mana para kepala negara menyampaikan pidato dan menentukan arah negosiasi. The World Leaders’ Summit (Pertemuan Puncak Pemimpin Dunia) kini dijadwalkan berlangsung pada 6 dan 7 November, beberapa hari sebelum pembicaraan COP30 resmi dimulai pada 10 November.

"Kami akan terus mendesak Pemerintah Brasil untuk memastikan kami mendapatkan penanganan yang tepat dalam hal akomodasi dan, tentu saja, transportasi," kata ketua AGN Muyungi di Bonn. Hal ini penting, karena para negosiator perlu kembali ke kamar mereka pada larut malam, karena sesi dapat berlangsung hingga lewat tengah malam.

Kekhawatiran Menurunnya Partisipasi di COP30

Pada pembicaraan pertengahan tahun di Bonn, kesulitan menemukan akomodasi yang terjangkau di Belém menjadi pokok bahasan utama dalam percakapan informal. Para aktivis telah mengangkat isu ini selama berbulan-bulan. Mereka beralasan, orang-orang termiskin dan paling rentan di dunia dapat dikecualikan dari pertemuan puncak PBB karena mereka tidak mampu membayar kamar. Mereka yang berpenghasilan lebih tinggi juga mengalami kesulitan.

“Saya ingin pergi ke Belém, tetapi bagaimana caranya?” seorang akademisi mengirim pesan kepada Climate Home. “Apakah Anda punya ide untuk akomodasi – tampaknya sangat merepotkan.”

Seorang aktivis iklim mengatakan bahwa LSM Kristen tempat mereka bekerja menggunakan koneksinya dengan gereja-gereja Brasil untuk mendapatkan akomodasi. Adapun aktivis lainnya mengatakan rekan mereka memiliki seorang bibi yang mampu mengatur akomodasi – meskipun mahal.

Seorang negosiator mengatakan delegasi mereka berpendapat bahwa akan lebih baik untuk memindahkan COP dari Belém ke kota Brasil yang lebih besar – seperti São Paulo atau Rio de Janeiro. Namun, keputusan itu akan “sangat politis” dan Pemerintah Brasil tidak mungkin menyetujuinya.

Presidensi COP30 belum menanggapi permintaan komentar Climate Home hingga saat berita ini dipublikasikan.

Sekretariat Perubahan Iklim PBB merujuk pada pembaruan triwulanannya, yang diterbitkan selama pembicaraan bulan Juni di Bonn. “Sekretariat telah bekerja sama erat untuk membantu Presidensi (COP30) menilai dan mengatasi berbagai tantangan, termasuk seputar ketersediaan dan keterjangkauan akomodasi, serta transportasi.“

Valter Correia, Sekretaris Khusus untuk COP30, mengatakan Pemerintah Brasil telah meresmikan pembangunan gedung-gedung baru seperti Vila Lideres, dengan kapasitas sekitar 400 kamar, yang akan menawarkan harga sekitar US$ 100-250 per malam. Gedung tersebut akan berubah menjadi gedung Pemerintah Negara Bagian Pará setelah COP30.

“Saya yakin kami akan memperoleh jumlah yang cukup. Kami sudah memiliki jumlah yang cukup. Kami akan memperoleh jumlah yang cukup untuk memungkinkan setiap negara berpartisipasi dengan seluruh delegasinya, tanpa harus melakukan pemotongan karena tantangan yang ditimbulkan oleh harga,” kata Correia.

Kantor berita Brasil Sumaúma melaporkan otoritas pemerintah meminta hotel-hotel di Belém untuk memangkas harga atau mereka akan menghadapi risiko negara lain meminta relokasi acara ke kota yang lebih besar.

Correia mengatakan dalam konferensi pers di Bonn bahwa Kementerian Kehakiman telah diperintahkan untuk menilai apakah harga-harga akomodasi wajar atau digelembungkan. Jika ada pelanggaran, pemilik hotel dapat dikenakan denda dan kehilangan izin operasi.

Beberapa sumber menyarankan kompromi dapat dilakukan dengan tetap mengadakan pertemuan dua hari para pemimpin dunia, yang akan berlangsung pada tanggal 6 dan 7 November di Belém. Namun, perundingan COP30 dan konferensi yang menyertainya  pada 10-21 November dipindahkan ke kota yang lebih besar. Forum Pemimpin Lokal COP30 akan berlangsung di Rio de Janeiro pada 3-5 November.

Tempat penyelenggaraan COP telah berubah pada menit-menit terakhir sebelumnya. Pada Oktober 2019, karena kerusuhan sosial, Chili menarik tawarannya untuk menjadi tuan rumah perundingan iklim COP25 hanya sebulan sebelum perundingan itu dijadwalkan dimulai. Dua hari kemudian, Spanyol menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah perundingan itu di Madrid dan pertemuan puncak itu berlangsung dengan relatif lancar.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...