Perusahaan Jasa Migas dan Panas Bumi Adopsi Blockchain di Indonesia

Desy Setyowati
12 Maret 2020, 12:36
Operator Panas Bumi dan Minyak, ADA Adopsi Blockchain di Indonesia
ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN
Ilustrasi, sejumlah pekerja beraktivitas di area instalasi sumur Geothermal atau panas bumi milik PT Geo Dipa Energi kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (10/10/2018).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Perusahaan jasa pengeboran dan manajemen proyek khusus industri minyak dan panas bumi, Air Drilling Associates (ADA) mengumumkan kerja samanya dengan Data Gumbo Corp kemarin (11/3). Lewat kemitraan ini, ADA mengadopsi teknologi blockchain di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

ADA akan memanfaatkan GumboNet, platform berbasis blockchain (blokchain as a services), untuk mengotomatiskan pembayaran dan faktur dari kontrak manajemen proyek terpadu (IPM). Pembayaran itu termasuk gaji pekerja, barang habis pakai dan alat pengeboran.

Dikutip dari Business Wire, pemanfaatan blockchain itu merupakan yang pertama di sektor pengeboran energi panas bumi. Kemitraan ini juga menandai masuknya Data Gumbo ke pasar Indonesia.

"Ekspansi ke Asia Tenggara dengan ADA menandakan penerapan global GumboNet dan manfaatnya bagi industri, dalam hal ini, pengembangan energi panas bumi," kata Pendiri sekaligus CEP Data Gumbo Andrew Bruce dikutip dari Business Wire, kemarin (11/3).

(Baca: Blockchain Diprediksi Jadi Tren Teknologi Digital 2020)

ADA merupakan kontraktor manajemen proyek terpadu untuk pengeboran eksplorasi panas bumi di Jawa. Pengeboran ini dalam rangka memenuhi kebutuhan energi listrik nasional melalui pengembangan infrastruktur.

Lewat kerja sama dengan Data Bumo, perusahaan bisa memverifikasi dan mengotomatiskan biaya item baris harian untuk vendor dan subkontraktor. Pemanfaatan blockchain ini dinilai dapat meningkatkan transparansi terkait rantai pasokan dan pembuatan faktur.

GumboNet menyinkronkan data dari banyak pihak. “Di industri energi panas bumi, pihak rantai pasokan lamban membuat faktur dan melakukan pembayaran karena operasi jarak jauh,” kata CEO ADA Diederik Zwager. Dengan menerapkan GumboNet, Zwager optimistis transparansi meningkat.

(Baca: Startup Blockchain Keluhkan Sulitnya Meraih Investasi dari Pemodal)

Di Indonesia, ada beberapa startup yang berberak di sektor energi seperti Baran Energy dan Xurya. PT Xurya Daya Indonesia menargetkan berkontribusi 10% dari capaian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap nasional. Untuk mencapai target itu, startup yang bergerak di bidang energi terbarukan itu mengandalkan teknologi.

Saat ini, Xurya telah menggaet 20 konsumen baik dari industri maupun ritel. Jumlah tersebut tergolong kecil dibandingkan 1.580 pelanggan PLTS atap hingga akhir tahun lalu, berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

 "Target kami, yang penting cukup bisa kontribusi ke capaian pemerintah. Mungkin 10%,” kata Managing Director Xurya Eka Himawan di Jakarta, akhir bulan lalu (26/2). Beberapa konsumen Xurya yakni Tokopedia, Traveloka, dan MGM Bosco Logistics.

(Baca: Startup Xurya Target Sumbang 10% dari Capaian Listrik Tenaga Surya RI)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...