Akrobat Startup Bertahan Hidup dari Terjangan Pandemi
Aksi Potong Gaji
Selain bisnis pariwisata, seruan untuk tinggal di rumah juga menghantam startup penyedia transportasi online seperti Gojek dan Grab. Bagaimana tidak, dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melarang ojek online mengangkut penumpang.
Dengan hanya berharap order pengiriman barang atau pesan antar makanan, otomatis penghasilan mereka merosot.
Untuk membantu mitra pengemudi dan penjual (merchant) dalam ekosistemnya, Gojek memotong 25% gaji setahun co-CEO dan manajemen senior. Selain itu, Gojek meniadakan kenaikan gaji seluruh karyawan. Lewat langkah efisiensi tersebut, perusahaan mengumpulkan dana Rp 100 miliar.
Begitu juga Grab memangkas gaji para petingginya sebesar 20%. Dari pemotongan gaji itu, Grab bisa berhemat Rp 161 miliar.
(Baca: Susul Gojek, Petinggi Grab Donasi 20% Gaji untuk Mitra Terimbas Corona)
Langkah serupa diambil oleh startup kuliner, Kopi Kenangan. Pimpinan Kopi Kenangan berkomiteman hanya menerima gaji sejumlah Rp 1 per bulan sejak Maret tahun 2020 untuk menghindari PHK karyawan.
“Kopi Kenangan sadar bahwa pandemi Covid-19 memaksa kita untuk beradaptasi dengan melakukan berbagai perubahan sekaligus mengubah cara hidup kita sehari-hari,” kata CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata, 8 April 2020.
Startup bisnis kedai kopi ini juga mengumumkan akan menyediakan dana Rp 2 miliar untuk disumbangkan kepada para pekerjanya yang terkena imbas krisis. Selain itu, Kopi Kenangan mengalokasikan dana Rp 13 miliar untuk membeli mesin sterilisasi, cairan pembersih tangan, thermometer, sarung tangan, dan masker non-medis, demi melindungi kesehatan para pekerja dan konsumennya.
Pangkas Biaya Promosi
Menjelang Ramadan, toko-toko online biasanya gencar berpromosi. Berbagai penawaran seperti potongan harga, cashback, hingga gratis ongkos kirim dibagikan untuk menarik masyarakat berbelanja. Tak hanya melalui platform digital, kegiatan promosi itu juga kerap ditayangkan di televisi.
Tokopedia misalnya, pertama kali menggelar Semarak Ramadan Ekstra pada 2018. Acara puncaknya berlangsung pada 25 Mei 2018 disiarkan di tiga stasiun TV dengan menghadirkan artis-artis nasional. Hari itu, Tokopedia menggelar lima kali flash sale serta gim shake-shake berhadiah Toyota Yaris, Motor, iPhone X, dan banyak lagi.
Pada 2019, acara digelar lebih mewah lagi dan disiarkan di empat stasiun TV. Tak hanya artis nasional, beberapa pemain "Running Man" dari Korea Selatan hadir menghibur penonton. Selain bermacam diskon, gratis ongkos kirim sepuasnya, Tokopedia membagikan hadiah berupa paket umrah hingga mobil Mini Cooper.
(Baca: Beda Strategi Shopee dan Tokopedia Sambut Ramadan di Tengah Pandemi)
Tahun ini, acara tersebut dihapuskan. “Walau telah melalui persiapan berbulan-bulan, kami memutuskan selebrasi tidak akan menjadi fokus di Ramadan tahun ini,” kata CEO dan Founder Tokopedia William Tanuwijaya dalam siaran pers, Selasa (7/4) lalu.
William menyatakan, Tokopedia akan fokus membantu upaya pemerintah dalam menanggulangi persebaran Covid-19. “Kami berkomitmen memastikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan tanpa harus ke luar rumah, menjaga kelangsungan bisnis para penjual, sekaligus turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, lewat kampanye #JagaEkonomiIndonesia,” ujarnya.
Terdapat tiga prioritas dalam kampanye terbaru dari Tokopedia kali ini. Yakni, memastikan masyarakat dapat memenuhi berbagai kebutuhan dari rumah. Kepastian yang dimaksud meliputi ketersediaan produk, harga terjaga dan kemudahan pengiriman.
Kuncinya Kreatif
Pandemi Covid-19 memang menjadi pukulan keras bagi perekonomian, termasuk di sektor digital. Perusahaan sebesar Twitter pun tak kebal terhadap dampaknya.
"Wabah telah memengaruhi pendapatan iklan Twitter secara global dalam beberapa minggu terakhir. Perusahaan memperkirakan pendapatan kuartal pertama tahun ini akan turun sedikit," kata Chief Financial Officer Twitter, Ned Segal dikutip Variety.
Sebagai perbandingan, pada kuartal pertama 2019, pendapatan iklan Twitter mencapai US$ 787 juta. Perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco ini berencana merilis pendapatan kuartal pertama 2020 mereka bulan April ini.
Tapi, bukan berarti peluang tertutup sama sekali. Beberapa startup, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan mencatatkan pertumbuhan.
(Baca: Startup-startup yang Panen Transaksi dan Rugi Akibat Pandemi Corona)
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan para pebisnis rintisan harus jeli dalam melihat peluang. Sebab, saat ruang geraknya terbatas, masyarakat cenderung berkegiatan di ranah digital.
Zoom misalnya. Penyedia platform rapat online meraup untung besar saat orang kantoran di seluruh dunia kini harus bekerja dari rumah. "Kalau kita menggunakan kreativitas, banyak aktivitas yang bisa dimanfaatkan," kata Chatib dalam diskusi online, beberapa waktu lalu.
Penyumbang bahan: Nobertus Mario Baskoro