Stamina Rupiah Menguat Lantaran Pengusaha Jual Valas
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penguatan rupiah terpengaruh bertambahnya ketersediaan valuta asing. Peningkatan suplai ini lantaran pengusaha menjual valasnya.
"Dalam dua hari ini supply dan demand bekerja, mekanisme pasar bekerja. Kami apresiasi kepada pengusaha yang menjual valasnya sehingga perkembangan nilai tukar yang terjadi karena semakin bertambahnya supply," katanya, di Jakarta, Jumat (7/9).
Berdasarkan data Reuters pada Jumat (7/9), posisi rupiah di pasar spot ada di level Rp 14.890 per dolar AS, sama seperti penutupan pada Kamis (6/9). Pergerakan rupiah hari ini terpantau di rentang 14.880 - 14.890. Artinya, rupiah menguat 0,30% dibandingkan dengan posisi terparah pada tahun ini, yaitu Rp 14.935 per dolar AS.
(Baca juga: Tak Khawatir Terjadi Krisis, Pengusaha Antisipasi Pelamahan Rupiah)
BI memastikan terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Salah satu bentuk intervensi bank sentral ialah pembelian kembali atau buyback surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder yang mencapai Rp 11,9 triliun selama 30 Agustus - 5 September 2018.
Selain itu, Perry juga mengapresiasi sejumlah kebijakan pemerintah sebagai upaya menurunkan defisit transaksi berjalan (currrent account deficit / CAD). Pasalnya, posisi CAD pada triwulan kedua mencapai 3% terhadap PDB atau yang terbesar sejak 2014.
Perry menyebutkan, kebijakan yang dimaksud semisal pewajiban penggunaan biodiesel 20% (B20), kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk ribuan barang konsumsi impor, serta upaya memacu kinerja sektor pariwisata. "(CAD) akan turun signifikan karena itu juga akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya," ujarnya.
Bank sentral menilai kondisi domestik relatif membaik tercermin dari inflasi yang rendah bahkan pada Agustus menunjukkan deflasi 0,05%. Pertumbuhan ekonomi sampai dengan pertengahan tahun ini juga dinilai bagus sebesar 5,27%, serta kondisi perbankan kuat tampak dari pertumbuhan kredit lebih dari 10%.