Istana Sebut Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 Bukan Sinyal Pesimis


Istana Kepresidenan menyatakan bahwa perlambatan ekonomi global menjadi faktor utama dalam keputusan menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi 2025 dari 5,2% sesuai asumsi APBN menjadi maksimal 5%. Mereka juga mengatakan revisi ini bukan bentuk pesimisme.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan penurunan outlook pertumbuhan ekonomi nasional merupakan bentuk kewaspadaan terhadap kondisi global. Makanya, pemerintah tetap optimis karena ekonomi Indonesia masih tumbuh tinggi dibanding rata-rata dunia.
"Jadi ini bukan bagian dari pesimisme. Justru kami masih sangat optimistis dengan melihat situasi secara keseluruhan di dunia. Negara-negara lain mungkin hanya antara 0 sampai 1% saja prediksi pertumbuhannya," ujar Hasan dalam konferensi pers di Kantor Komunikasi Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/7).
Hasan mengatakan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya berada di sekitar 2,3%. Hal ini memicu langkah pemerintah untuk realistis dengan menyesuaikan target pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kalau soal outlook pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus meletakkan negara dalam situasi internasional. Jadi kondisi globalnya memang melambat," katanya.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah berencana melakukan relaksasi kebijakan fiskal dalam enam bulan sisa tahun ini. Stimulus yang dimaksud antara lain meningkatkan belanja pemerintah, penyaluran bantuan sosial, hingga akselerasi program makan bergizi gratis (MBG).
Ragam langkah itu diharapkan dapat mendorong perekonomian domestik meskipun kondisi ekonomi global sedang melambat. "Pemerintah berharap tentu ada perbaikan-perbaikan sampai enam bulan yang akan datang," kata Hasan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengumumkan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran 4,7% sampai dengan 5%.
Sri Mulyani menyampaikan sejumlah lembaga internasional memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 hanya akan mencapai 4,7%. Namun, pemerintah akan berupaya menjaga pertumbuhan tetap berada di kisaran 5% melalui berbagai langkah mitigasi.
"Kita perlu tetap waspada terhadap risiko global sehingga outlook 5% dimaksimalkan untuk tetap bisa dicapai," kata Sri Mulyani dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR pada Selasa (1/7).