SKK Migas: Perusahaan Jepang dan PLN Serap Hampir 50% Gas Blok Masela
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mendapatkan calon pembeli gas dari Blok Masela. Dari dalam negeri, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah mengajukan minat menyerap gas dari blok migas tersebut.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan PLN kemungkinan akan menyerap dua sampai tiga juta ton per tahun (mtpa). "Hanya saja PLN masih menunggu RUPTL dan nanti persetujuan RUPTL ke depan," ujar Dwi saat ditemui di Gedung SKK Migas, Kamis (19/12).
Sedangkan calon pembeli dari luar negeri berasal dari Jepang, yakni LNG Tokyo dan Japan Corporation. Kedua perusahaan telah menyatakan minat menyerap produksi gas dari blok migas yang berada di Timur Indonesia tersebut. Dengan begitu, sekitar 40-50% produksi gas Blok Masela sudah diminati oleh calon pembeli.
Selain itu, Dwi menyebut ada perusahaan petrokimia yang ingin menyerap gas pipa dari Blok Masela. Meski begitu, Dwi tidak menjelaskan secara rinci mengenai hal tersebut.
"Gas pipa yang minat untuk yang bangun petrokimia di sana juga sudah ada," katanya.
(Baca: SKK Migas Tetapkan TKDN Blok Masela Capai 26%, Nilainya Rp 73 Triliun)
Biarpun begitu, SKK Migas bersama Inpex Corporation terus mencari pembeli potensial untuk menyerap seluruh produksi gas Blok Masela. Pasalnya, suplai gas cukup banyak di pasar internasional.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi SKK Migas dan Inpex."Memang yang jadi masalah belakangan ini suplai gas dunia berlebih cukup banyak. Jadi ini yang jadi tantangan, kami belum berbicara harga, tapi bicara masalah volume karena memang harga nanti sesuai pasar," kata Dwi.
Pemerintah telah menetapkan kapasitas produksi LNG Blok Masela sebanyak 9,5 MTPA. Ada juga produksi berupa gas pipa sebesar 150 juta standar kaki kubik (MMSCFD).
Selain itu, kumulatif produksi kondensat selama 2027-2025 ditaksir mencapai 255,28 juta MMSTB. Sedangkan nilai investasi Blok Masela diproyeksi sebesar US$ 19,8 miliar.
(Baca: SKK Migas Intip Fasilitas Terminal LNG Inpex di Jepang)