Kejar Target Lifting Minyak 2020, Kementerian ESDM Siap Beri Insentif

Image title
15 Januari 2020, 12:34
Kejar Target Lifting Minyak 2020, Kementerian ESDM Siap Beri Insentif.
Arief Kamaludin|KATADATA
ilustrasi lapangan migas. Kementerian ESDM siapkan insentif untuk dorong produksi kapangan lapangan migas.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)  menyatakan bakal menerapkan sejumlah strategi untuk menggenjot target produksi siap jual (lifting minyak) 2020. Salah satunya, dengan memberikan insentif kepada badan usaha (BU) migas untuk mempercepat rencana pengembangan (plan of development/PoD) lapangan migas.

"Ada 42  rencana pengembangan (PoD) yang belum dieksekusi. Karenanya kami minta badan usaha segera eksekusi PoD, minta insentif apa, kami kasih," ujar Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto di Jakarta, Selasa (14/1).

Selain itu, pihaknya juga mendorong penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk menggenjot produksi migas, termasuk pula rencana melegalkan pengelolaan sumur tua oleh masyarakat meskipun produksinya sedikit.

(Baca: Kementerian ESDM akan Berikan Insentif untuk EOR Kimia di Blok Migas)

"Kami akan legalkan pengelolaan lapangan tua oleh masyarakat, karena produksinya bisa 20 ribu bopd. Reaktivasi sumur yang ditutup meski produksi 1 ribu hingga 2 ribu barel," ujarnya.

Adapun sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, realisasi produksi siap jual atau lifting migas pada 2019 belum mencapai target APBN. Hal ini dikarenakan beberapa proyek yang harusnya berproduksi pada tahun lalu tersendat karena beberapa kendala.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, salah satu penyumbang penuurunan produksi terbesar yakni berasal dari Blok Mahakam dengan penurunan sekitar 15 ribu barel minyak per hari (bopd). Hal ini disebabkan pengerjaan pengeboran sumur di blok tersebut belum semuanya berhasil dikerjakan.

"Nanti akan kami arahkan ada beberapa penyebab minus-nya lifting. Paling besar Pertamina Hulu Mahakam (PHM), kemudian gagalnya proyek YY blok offshore north west java (ONWJ),"  kata Dwi.

Lebih lanjut, Dwi juga menjelaskan faktor lain yang menyebabkan penurunan lifting minyak, yaitu karena proyek PHE Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), Medco E&P Natuna dan Pertamina EP.

"Itu yang paling besar dari target 775 ribu bopd kita mencapai 746 ribu bopd,"

(Baca: Tertunda Tumpahan Minyak, Proyek YY Ditargetkan Produksi Akhir 2020)

Berdasarkan data SKK Migas, hingga 30 Desember 2019, lifting migas nasional hanya 1,794 juta barel setara minyak per hari (boepd). Realisasi tersebut hanya mencakup 88,63 % dari target lifting yang telah  ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2 juta boepd.

Rinciannya, lifting minyak sebesar 735,219 bopd atau 94,8 % dari target 775 ribu bopd. Sedangkan lifting gas 5.934 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau 84,7 % dari yang sudah dipatok APBN sebesar 7.000 MMscfd.

Sementara tahun ini, target lifting minyak ditetapkan 755 ribu bopd dan gas bumi 1.191 boepd. Sehingga, total  target lifting minyak dan gas bumi 1.946 boepd

Meski begitu, untuk menggenjot pencapaian target produksi migas pada 2020, SKK Migas telah membangun sistem digital terintegrasi (Integrated Operation Center/IOC) guna mengawasi kinerja kegiatan usaha hulu migas di seluruh Indonesia. Inovasi tersebut diyakini mampu memonitoring operasi hulu migas secara realtime.

“Kita telah menerapkan beberapa hal untuk mengantisipasi target di 2020, seperti telah melakukan launching Integrated Operation Center. Melalui IOC laporan kerja yang dilakukan KKKS akan kita kawal secara realtime,” ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...