Chevron - Pertamina Buntu, Pemerintah Ambil Alih Transisi Blok Rokan
SKK Migas mengungkapkan bahwa negosiasi business to business (B-to-B) antara Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Pertamina terkait transisi Blok Rokan menemui jalan buntu. Oleh karena itu pemerintah berencana untuk mengambil alih proses negosiasi tersebut.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, Pertamina mendapatkan pengelolaan Blok Rokan setelah bersaing dengan Chevron. Adapun pemerintah memberikan pengelolaan Blok Rokan ke Pertamina karena tawarannya lebih menarik dibandingkan Chevron.
Masa transisi pun dimulai dengan menggunakan pendekatan B-to-B. Namun, lantaran proses diskusi tersebut tidak menemui titik temu, SKK Migas pun mulai mencari celah lain agar proses transisi bisa berjalan lancar dengan mengambil alih diskusi secara business to government.
"Kalau B-to-B belum bisa jalan, nanti pemerintah yang memediasi. Apakah ini business to government nanti kita jalankan atau gimana," kata Dwi di Jakarta, Selasa (17/3).
(Baca: SKK Migas Desak Chevron Mengebor Blok Rokan Tahun Ini)
Selain itu, Dwi mengatakan bahwa SKK Migas juga telah menawarkan atas biaya pengembalian (cost recovery) secara cepat kepada Chevron. Dengan catatan, perusahaan minyak asal AS tersebut mau untuk melakukan kegiatan investasi berupa pengeboran di Blok Rokan tahun ini.
"Ya, proposal itu yang kita sedang review, kita lihat nanti. Kan sekarang ini kalau eksisting PSC itu kan hubungannya antara KKKS dengan government," kata Dwi.
Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menimbang dampak kenaikan produksi yang dihasilkan dari pengeboran pada tahun ini. Dia pun membandingkan jumlah kenaikan produksi jika Pertamina baru masuk pada 2021.
"Kami lihat plus minusnya, compared dengan Pertamina masuk sesuai jadwal. Kalaupun ngebor 100 sumur, tidak signifikan nambah produksinya, tidak nendang istilah orang awam," ujar Fatar.
(Baca: SKK Migas: Soal Rokan, B to B Jadi Kunci Pemecahan Masalah)
Sebagai informasi, agar proses transisi berjalan lancar, Pertamina telah menyiapkan investasi untuk mengebor sekitar 20 sumur tahun ini. Selain itu, perusahaan energi pelat merah tersebut akan mengerjakan proyek pergantian pipa hilir Blok Rokan.
Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok migas seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan 3 lapangan di antaranya memiliki potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap. Adapun Blok Rokan telah beroperasi selama 68 tahun atau sejak 1952.
Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021 mendatang, maka kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional akan meningkat dari 48% pada 2019 menjadi 60% di 2021.
(Baca: Pertamina Ambil Alih Tahun Depan, Produksi Blok Rokan Turun 13%)