Kontrak Baru Blok Rapak dan Ganal Harus Pakai Skema Gross Split
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginginkan kontrak baru Blok Rapak dan Ganal nantinya menggunakan skema gross split. Adapun, kontrak Rapak akan berakhir tahun 2027, sedangkan Ganal di 2028.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan saat ini masih mengevaluasi proposal perpanjangan kontrak dari Chevron Indonesia sebagai operator lama. "Harus gross split," kata dia di Jakarta, Selasa (29/1).
Chevron Indonesia mengajukan perpanjangan kontrak Blok Rapak dan Ganal pada medio Juli 2018 lalu. Hingga kontrak berakhir, perusahaan asal Amerika itu masih mengelola kedua blok tersebut menggunakan skema cost recovery (pengembalian biaya operasional).
Blok Rapak dan Ganal ini termasuk dalam Proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD). Arcandra pun menjanjikan proposal pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD) IDD selesai kuartal I tahun ini.
Saat ini Kementerian ESDM masih mengevaluasi proposal yang diajukan Chevron Indonesia. “Jadi di kuartal I tahun 2019, sehingga onstream lebih cepat,” kata Arcandra.
Arcandra mengatakan proyek IDD ini akan berubah dari skema awal. Awalnya, proyek IDD terdiri dari tiga kontrak blok migas, yakni Makassar Strait, Ganal dan Rapak.
Di dalam kontrak Makassar Strait ada lapangan yang sudah beroperasi yakni West Seno. Selain itu, ada Lapangan Maha. Namun, Lapangan Maha tidak 100% berada di Makassar Strait. Yang ada di kontrak Makassar Strait hanya 81,6%, ada yang masuk wilayah Ganal 15,9% dan Muara Bakau 2,5%. Di Makassar Strait juga ada Lapangan Gendalo, meski hanya 1,8% wilayah.
Di kontrak Ganal ada Lapangan Gendalo sebesar 98,2% dan Gandang 100%. Lalu ada Lapangan Gehem 52%. Sebagian dari Lapangan Gehem ada di kontrak Rapak. Kontrak Rapak juga memiliki Lapangan Bangka.
Produksi Gendalo, Gandang dan Maha awalnya akan melalui fasilitas Gendalo. Sedangkan, Lapangan Gehem diproduksi lewat fasilitas Gehem.
Akan tetapi, skema itu berubah. Pemerintah memutuskan agar Blok Makassar Strait dipisah dari proyek IDD. Atas keputusan itu, Chevron selaku operator pun tidak berminat lagi memperpanjang kontrak blok tersebut karena tidak ekonomis usai dipisah dari Proyek IDD.
Meski Makassar Strait dicoret dari Proyek IDD, pemerintah berencana memasukkan West Seno ke kontrak Rapak. “Kontrak awalnya ada tiga yakni Ganal, Rapak dan Makassar Strait. Makassar sudah keluar, Ganal dan Rapak itu satu dan sedang dievaluasi. West Seno masuk Bangka. Bangka kan bagian dari Rapak,” ujar Arcandra.
Salah satu pertimbangan memasukkan West Seno ke Rapak agar Chevron tetap bertanggung jawab atas dana pascatambang (Abandonment and Site Restoration/ASR). Jadi, Makassar Strait bisa dilelang dengan bersih dan tidak ada lagi tanggungan.
Selain itu, cadangan yang ada di West Seno juga sudah menipis, sehingga tidak masalah jika dilepas dari Makassar Strait. “Cadangan sudah habis. Tahun 2020 selesai, tapi tidak ada produksinya lagi,” ujar Arcandra.
(Baca: Kementerian ESDM Ungkap Alasan Masuknya West Seno ke Proyek IDD)
Pemisahan Makassar Strait itu juga membuat investasi Proyek IDD juga lebih efisien. Sebelumnya, proyek ini ditaksir menghabiskan biaya US$ 18 miliar, saat ini hanya US$ 5 miliar.