Menperin Sebut Wabah Corona Bisa Kerek Harga Baja Impor dari Tiongkok

Dimas Jarot Bayu
12 Februari 2020, 18:12
Menperin Sebut Wabah Corona Bisa Kerek Harga Baja Impor dari Tiongkok.
ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). Virus corona berpotensi menyebabkan harga baja impor Tiongkok lebih mahal.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Wabah virus corona sudah sebulan lebih telah menyebar Tiongkok. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, kondisi ini berpotensi menyebabkan harga produk baja impor Negeri Panda lebih mahal. 

Namun menurutnya, kenaikan harga baja bukan dikarenakan ada kelangkaan atau tersendatnya pasokan bahan baku. Sebab, bahan baku tetap dibutuhkan oleh industri.

Tanpa impor bahan baku tersebut, Agus khawatir pertumbuhan industri besi dan baja justru terganggu. “Kalau impornya turun, industri utilisasinya akan turun lagi,” kata dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/2).

(Baca: Sebut Impor Baja Sumber Defisit Dagang, Jokowi Soroti Bahan Baku & Gas)

Mantan Menteri Sosial ini menilai harga produk baja yang diimpor dari Tiongkok tersebut akan lebih mahal. Alasannya, banyak pegawai administrator di Negeri Panda yang tidak dapat bekerja akibat wabah virus corona.

Para pegawai tersebut biasanya mengurusi pencatatan bebas bea masuk impor baja dari Tiongkok ke Indonesia, sebagai bagian dari fasilitas kerja sama perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China.

Tanpa adanya petugas tadi, maka pencatatan untuk bebas bea masuk impor baja berdasarkan FTA Asean-China tak dapat dilakukan. Alhasil, impor produk baja dari Tiongkok ke Indonesia akan dikenakan tarif bea masuk normal.

“Jadi harga yang diterima oleh industri itu adalah harga normal, bukan harga yang berkaitan dengan FTA Asean-China,” kata Agus.

(Baca: Pemerintah Relaksasi Impor Bahan Baku Produksi Baja dari Limbah)

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor besi dan baja sepanjang 2019 mencapai US$ 10,39 miliar atau sekitar Rp 753 triliun. Realisasi impor baja meningkat 1,42% dibanding tahun sebelumnya US$ 10,25 miliar.

Dari jumlah tersebut, Agus menyebut impor besi dan baja dari Tiongkok masih mendominasi. Meski demikian, politisi Golkar tersebut enggan memberikan penjelasan secara detil terkait hal ini.

Reporter: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...