Advertisement
Analisis | Pandemi Covid-19 dalam Angka - Analisis Data Katadata
Edisi Khusus

Pandemi Covid-19 dalam Angka

  • Line Chats

Covid-19 menjadi penyakit mematikan abad ke-21. Lebih dari 5,92 juta orang meninggal di seluruh dunia sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyakit akibat virus corona tersebut sebagai pandemi pada 11 Maret 2020.

Di tanah air, Kementerian Kesehatan mencatat lebih 148 ribu orang kehilangan nyawa hingga Maret 2022, tepat dua tahun sejak kasus pertama diumumkan. Peta di bawah ini menunjukkan, pandemi merata terjadi di 34 provinsi. Konsentrasi kasus berada di Jawa dan Bali, sebagian Sumatera, Kalimantan Timur, dan Sulawesi bagian selatan. Sementara pusat kematian berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Genetik virus yang terus bermutasi memunculkan varian baru dan menyebabkan gelombang penularan Covid-19. Sekurangnya ada tiga gelombang pandemi yang terjadi di Indonesia, yakni pada periode November 2020 hingga April 2021. Kemudian gelombang kedua yang didorong varian Delta pada Mei-September 2021.

Gelombang kedua Covid-19 menjadi “horor” yang menakutkan. Sirene ambulan meraung-raung di jalan raya setiap saat. Rumah-rumah sakit penuh. Masjid-masjid mengumumkan kabar duka hampir setiap saat. Pada periode itu, rata-rata 630 orang meninggal setiap hari karena Covid-19. Puncak tertinggi terjadi pada 27 Juli 2021 yang mencapai 2.069 kematian dalam sehari. Penyair Joko Pinurbo menggambarkan betapa mencekam suasana kala itu dalam sebait puisi: “Juli 2021: Hari-hariku terbuat dari innalillahi”.

Pepatah mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik. Memang belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir. Kasus baru Covid-19 masih terjadi. Sejak Januari hingga Maret 2022, Indonesia tengah berada dalam gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang disebabkan varian Omicron. Meski tingkat penyebarannya lebih cepat, tetapi situasinya tidak sehoror gelombang kedua. Angka kematian dapat ditekan, hanya rata-rata 76 kasus per hari walaupun jumlah kasus harian jauh lebih tinggi. Pada gelombang ketiga, rata-rata mencapai 22.108 kasus per hari, dibandingkan 16.645 kasus per hari saat Delta melanda.

Salah satu keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan pandemi dengan menggencarkan vaksinasi. Vaksinasi merupakan “game changer” yang mengubah peta permainan. Tingkat keparahan akibat Covid-19 berkurang. Pada gelombang ketiga, rata-rata pasien hanya mengalami gejala ringan sehingga tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit. Ini terbukti dari tingkat kematian yang rendah.

Dibandingkan negara-negara sekawasan, Indonesia memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi. Meski begitu pemerintah telah dapat mengendalikan penyebaran dan tingkat keparahannya. Seperti yang terlihat dari situasi pada delombang ketiga.

Kendati begitu, berkurangnya angka kematian jangan sampai membuat lengah. Kewaspadaan dengan protokol kesehatan tetap perlu diterapkan. Sejumlah ahli menilai Covid-19 tidak akan benar-benar punah dalam waktu cepat. Warga perlu bersiap hidup berdampingan dengan penyakit ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan, pemerintah telah menyiapkan strategi protokol perubahan dari pandemi menjadi endemi Covid-19.

Bangkit dari Krisis

Pandemi Covid-19 tak hanya menyebabkan krisis kesehatan. Dampaknya juga sangat luas di bidang perekonomian. Pada 2020, seluruh negara termasuk Indonesia mengalami kontraksi ekonomi akibat pembatasan mobilitas secara ketat.

Pada tahun pertama pandemi tersebut, perekonomian Indonesia merosot hingga minus 2,07%. Meski begitu, kondisinya masih lebih baik daripada rata-rata perekonomian di Asia Tenggara.

Kondisi perekonomian makin membaik pada 2021. Di antara negara sekawasan, Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi keempat. Indonesia berhasil keluar dari resesi akibat pandemi Covid-19.

Kondisi pemulihan ekonomi juga terlihat dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di 34 provinsi. Pada 2020, hampir seluruh provinsi mengalami kontraksi. Tercatat hanya tiga provinsi, yakni Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat yang mampu tumbuh positif. Kondisinya berbalik pada tahun berikutnya. Hanya dua provinsi yang masih mengalami pertumbuhan negatif, yakni Papua dan Bali.

Dampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga terlihat dari tingkat pengangguran dan kemiskinan. DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Kepulauan Riau adalah empat provinsi yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi. Saat tahun pertama pandemi Covid-19, pengangguran di empat provinsi tersebut melonjak hingga dua digit. Seiring pemulihan ekonomi, keempatnya berhasil menekan pengangguran ke level single digit, meski belum kembali ke sebelum pandemi.

Demikian pula dengan tingkat kemiskinan. Secara nasional, angka kemiskinan naik menjadi 10,19% pada 2020, tapi berhasil ditekan ke level satu digit setahun berikutnya.