Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan korban. Warga di kawasan yang dekat dengan lokasi terbakar banyak yang menderita sakit infeksi saluran penafasan atas (ISPA). Di Sumatera Selatan misalnya, sepanjang Agustus-September terdapat 5.241 orang yang menderita ISPA.
Dalam jangka panjang, paparan asap yang terjadi terus menerus dapat merugikan. Tak hanya kesehatan, melainkan juga secara ekonomi. Seperti hasil riset Rashesh Shrestha, ekonom di Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) tentang dampak kebakaran hutan yang terjadi pada 1997-1998.
Dalam risetnya, dia menemukan bayi dalam kandungan yang terpapar asap cenderung memiliki kecerdasan yang lebih rendah dalam 10 tahun setelah lahir. Dampaknya, hal ini menurunkan daya saingnya di pasar kerja, sehingga pendapatannya lebih rendah 2,5 persen-5 persen.