Pemanfaatan limbah minyak dan biomassa kelapa sawit menjadi solusi bagi meningkatnya kebutuhan bahan baku biodiesel. Riset dari lembaga kajian The International Council on Clean Transportation (ICCT) menyebutkan, Indonesia memiliki potensi minyak jelantah sekitar 157 juta liter yang dikumpulkan dari minyak goreng bekas di restoran, hotel, dan sekolah di perkotaan. Angka tersebut setara dengan tiga persen produksi biodiesel Indonesia per tahun.
Minyak jelantah dalam jumlah lebih besar bahkan dapat dikumpulkan dari rumah tangga perkotaan. ICCT memperkirakan, 1.638 juta liter dapat dihimpun dari rumah-rumah warga. Jumlah tersebut sama dengan 32 persen produksi biodiesel per tahun.
Selain minyak jelantah, potensi lain berasal dari biomassa atau limbah kelapa sawit. Berdasarkan kajian dari Traction Energy Asia, biomassa ini bisa didapatkan dari kebun berupa batang dan daun kelapa sawit. Selain itu juga dari proses pengolahan kelapa sawit berupa serat, kulit, Palm Oil Mill Effluent (POME), hingga tandan buah kosong. Biomassa kelapa sawit ini memiliki potensi 4,5 ton kering per hektare per tahun, setara dengan 18 persen permintaan minyak diesel atau diesel nasional per tahun.
Berbagai manfaat dapat dihasilkan dari pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk biodiesel, antara lain mengurangi polusi air dan sampah. Selain itu juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan memenuhi kebutuhan bahan baku biodiesel. Manfaat lainnya ialah mengurangi dampak kesehatan akibat penggunaan minyak goreng berulang, menghemat anggaran pemerintah untuk dukungan program biodiesel, hingga menambah pemasukan bagi rumah tangga yang berpartisipasi dalam program ini.