Alibaba akan Bantu Melatih 1.000 Talent Level Chief of Technology

Ilustrator: Betaria Sarulina
Penulis: Hari Widowati
Editor: Yuliawati
19/10/2018, 06.04 WIB

Pemerintah Indonesia mengusung sejumlah agenda penting dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia yang berlangsung di Bali, pekan lalu. Salah satunya adalah meluncurkan Bali Fintech yang memuat penataan perkembangan layanan finansial berbasiskan teknologi (fintech).

Selain itu, pemerintah memperkenalkan sejumlah perusahaan rintisan (startup) unggulan kepada calon investor dan venture capital global dalam forum Nexticorn II hingga kehadiran Pendiri Alibaba, Jack Ma. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Jack Ma datang dalam kapasitasnya sebagai advisor.

"Dia memberikan saran yang terbaik buat Indonesia," kata Rudiantara dalam wawancara khusus dengan wartawan Katadata.co.id, Hari Widowati, di area pantai The Laguna, Nusa Dua Bali, Sabtu (12/10).

Dua jam sebelum wawancara tersebut, Deputi Ketua Panitia Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 ini baru bertemu dengan Jack Ma. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana hasil dari pertemuan IMF Bank Dunia di Bali mengenai ekonomi digital, dan diluncurkannya Bali Fintech Agenda?

Banyak isu yang dihasilkan dari rapat-rapat pertemuan IMF- World Bank. Yang menjadi topik dimana-mana, mengenai ekonomi digital atau digital ekonomi. Bicara tentang ekonomi digital, semua negara di dunia punya permasalahan gini ratio, yaitu gap antara orang kaya dan miskin.

Pada 2017, sebanyak satu persen penduduk dunia itu menguasai 50% kekayaan global. Tiga tahun sebelumnya yang satu persen penduduk hanya menguasai 47%, yang terjadi di dunia ini melebarnya gap ataupun meningkatkan gini ratio.  Di Indonesia tiga tahun terakhir gini ratio itu justru berkurang dari 40% menjadi 30%. Kami mempelajari, ternyata ekonomi digital ini mampu menurunkan gini ratio.

Bagaimana itu terjadi?

Pertama, bagaimana membuka lapangan pekerjaan menggunakan digital. Contohnya adalah Go-Jek, awal berdiri yang bergabung 20-50 driver, sekarang sudah satu juta lebih menggunakan digital platform-nya.

Kedua, akses kepada aktivitas ekonomi atau economic sharing. Ketiga, meningkatkan inklusi keuangan menggunakan ekonomi digital ini. Nah, inklusi keuangan tahun depan ditargetkan mencapai 75% dari penduduk Indonesia mempunyai akses kepada layanan keuangan atau perbankan.

Orang Indonesia yang punya rekening di bank tidak lebih dari 100 juta orang. Jadi ada celah yang bisa dimanfaatkan. Bali Fintech memiliki 12 pokok-pokok (rekomendasi) agar menjadi rujukan pengembangan fintech.

Bagaimana ini bisa selaras dengan program Indonesia sebagai the digital energy of Asia?

Ada beberapa isu dalam mengembangkan digital economy. Kami punya peta jalan e-commerce, untuk mengatasi tujuh isu yang betul-betul harus diperhatikan.

Pertama, pengembangan Sumber Daya Manusia (talent). Kedua, pendanaan usaha rintisan (startup). Ketiga, menerapkan perpajakan. Negara-negara OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) pun belum secara final menerapkan perpajakan ekonomi digital karena tata cara, dan proses bisnis berubah sama sekali. Bila menggunakan proses yang lama, pasti akan ketinggalan.

Keempat, meningkatkan kapasitas logistik. Sebanyak 23% dari GDP (Produk Domestik Bruto) atau US$ 230-240 miliar habis di urusan logistik. Sehingga pemerintah, Presiden Joko Widodo dan Wapres JK (Jusuf Kalla) membangun infrastruktur untuk mendorong logistik.

Pembangunan jalan tol, tol laut, kemudian tol udara, pelabuhan dibuat di mana-mana termasuk tol informasi. Tujuannya untuk memudahkan flow of people dan flow of goods di Indonesia.

Apa lagi isu lainnya?

Kelima, memproteksi masyarakat dari penipuan atau fintech ilegal. Kominfo sampai saat ini telah memblokir sekitar 250 situs maupun aplikasi yang menawarkan fintech ilegal.

Keenam, ICT Infrastruktur. Kami ingin memastikan melalui program Palapa Ring tahun 2019, semua kabupaten, kota madya di Indonesia, dan Ibu kota sudah terhubung dengan jaringan tulang punggung broadband. Internet kecepatan tinggi-lah. Sebentar lagi masuk uji coba, Insha Allah dalam waktu dekat juga akan dioperasikan.

Ketujuh, meningkatkan kehati-hatian dengan Cyber Security.

Jack Ma menyatakan ekonomi tidak bisa tumbuh tanpa internet dan entrepreneurship. Jadi, seperti apa peran Jack Ma dalam membesarkan e-commerce untuk UMKM?

Jack Ma datang dalam kapasitasnya sebagai advisor, dia menyampaikan di depan media tak mengurus bisnis. Dia datang sebagai advisor dan memberikan saran yang terbaik buat Indonesia.

Ada beberapa isu yang disampaikannya. Pertama, sama seperti yang menjadi catatan kami mengenai tujuh isu, salah satunya mengenai pengembangan SDM. Fokus pemerintah mengenai talent tapi di level teknisi, tahun 2019 bakal diluncurkan program Digital Talent Scholarship.

Bagaimana kami menghasilkan 20 ribu level teknisi dengan sertifikasi, silabusnya oleh perusahaan global teknologi seperti Microsoft, Google, dan Cisco. Ada 20 ribu di level teknisi dan Alibaba sudah menyanggupi untuk melatih Chief Level, tepatnya Chief of Technology.

Mereka akan menyediakan ini karena punya program setiap tahun itu 1.000 orang untuk Chief Level. Kemudian, ada beberapa yang khusus juga dikirim.

Menkominfo Rudiantara bersama dengan Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, usai mengadakan pertemuan di sela-sela Annual Meeting IMF - Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, 12 Oktober 2018.  (Humas Kominfo)
 

Seribu orang teknisi untuk tahap pertama?

Tahap pertama, hanya lima perguruan tinggi. Kami butuh 1.000 orang masuk kelas minggu depan. Yang mendaftar itu 40 ribu lebih tapi setelah dicek secara administrasi yang eligible untuk tes itu tetap lebih besar, yakni 24-25 ribu. 

Jadi, akan masuk ke gelombang berikutnya atau seperti apa?

Bila tesnya bagus, masuk ke gelombang berikutnya. Mereka itu bisa lulusan SMK, D3, dan S1. Yang penting usianya, tidak boleh lebih dari 29 tahun dan kemungkinan tahun depan usia akan diturunkan. Karena kami betul-betul ingin menarik kaum milenial, jadi siap masuk industri revolusi keempat.

Digital talent scholarship ini menggunakan dana seluruhnya dari pemerintah atau bekerja sama dengan lembaga-lembaga digital seperti Microsoft dan lain-lain?

Pemerintah akan mengalokasikan dana Rp 50 miliar tahun depan. Tahun ini karena hanya melatih 1.000 orang, (dana yang dikeluarkan) hanya beberapa miliar.

Apakah program ini terus berlanjut hingga tahun depan?

Kami akan membatasi 20 ribu (orang yang akan mendapat pelatihan), karena kan bekerja sama dengan perguruan tinggi. Nah perguruan tinggi, kelasnya harus dibebaskan untuk training orang-orang, mereka dua bulan dedicated belajar di situ, hands-on.

Kalau misalkan jurusan studinya cloud computing, tiap hari dia masuk ke cloud computing harus hands-on. Jadi begitu lulus sudah biasa. Begitu juga dengan studi lainnya.

Saat ini keterbatasannya ruang dan guru. Saya juga bicara dengan teman-teman edutech yang punya platform digital seperti Ruang Guru untuk mengembangkan online, sebagian offline sehingga jumlahnya bisa diakselerasi.

Jadi nanti akan ada modul-modul yang akan dipelajari di platform digital?

Modulnya khusus, mereka yang belajar cloud computing, mungkin 80% hands-on cloud computing. Sementara yang belajar big data analytic, menganalisis kumpulan data hingga menjadi informasi, dilakukan profiling dan lain sebagainya. Jadi begitu lulus mereka sudah disertifikasi bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan teknisi digital.

Melinda Gates juga hadir dalam pertemuan ini dan kabarnya tertarik dengan program aplikasi untuk mengidentifikasi stunting...

Melinda Gates ini fokus bagaimana memberikan nutrisi kepada anak-anak, masa depan Indonesia-lah. Jangan sampai stunting-nya bertambah banyak dan lain sebagainya. Kami menyiapkan aplikasi, sekarang statusnya Beta Test. Aplikasi ini memasukkan hasil timbangan, tinggi badan anak-anak di posyandu ke ponsel ibu-ibu.

Ketika kemarin ditunjukkan ke Melinda, dia bilang: wah saya saja tidak pernah lihat yang seperti begini di mana-mana. Kami harus manfaatkan kembali lagi digital untuk yang fun ke ibu-ibu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama dengan Melinda Gates (Kementerian Keuangan)

Jadi bisa memantau perkembangan anak-anaknya lewat aplikasi?

Betul, itu tahap pertama digunakan sendiri. Kalau nanti tahap berikutnya pertengahan 2019 itu akan di upload ke sistem sehingga bisa digunakan pemerintah untuk memantau daerah dalam mengatasi masalah stunting.

Jadi nanti tersedia (data tiap) kabupaten, kecamatan, orang tuanya siapa, nama, alamat. Bila dikaitkan dengan e-KTP itu lebih canggih lagi. Makanya Melinda Gates ditunjukkan, dan dia bilang saya baru lihat aplikasi seperti begini. Semua bermula dari pertemuan kami dengan Pak JK dan Presiden World Bank Jim Yong Kim.

Jadi ini suatu upaya mempercepat data-data dari setiap provinsi dan kabupaten bisa langsung diinternetkan secara detail?

Yang berpotensi stunting, sehingga nanti Kementerian Kesehatan juga bisa mengirim nutrisi makanan ke daerah  untuk merespons kebutuhan masyarakat lebih cepat.

Selain itu, ada agenda digital lain yaitu pertemuan tahap kedua Nexticorn di Bali. Apa yang diharapkan dalam pertemuan ini?

Pemerintah itu tidak hanya sebagai regulator, tidak hanya membuat regulasi-regulasi, aturan-aturan. Jadi kita itu shift istilahnya berpindah dari sekedar regulator tapi menjadi fasilitator, lebih jauh lagi menjadi akselerator.

Indonesia punya empat dari tujuh unicorn di ASEAN. Kami tidak boleh berpuas diri. Target kami, minimal tahun depan ada lima unicorn. Bagaimana cara menambahnya? Peran pemerintah ini harus sebagai fasilitator dan akselerator.

Jadi pemerintah beserta ekosistem membentuk komite bersama dengan Ernst & Young, melakukan kurasi atas start-up, bekerja sama dengan pendiri unicorn seperti Nadiem Makarim, William Tanudjaya dan lainnya.

Banyak investor yang punya uang, tapi dia tidak tahu diperlukan di mana. Banyak start-up yang perlu uang tapi tidak tahu bagaimana, nah jadi dipertemukan.

Bagaimana pertemuan khusus dengan beberapa venture capital dari Jepang?

Bulan Agustus lalu saya roadshow ke Jepang dan Korea. Saya bertemu dengan 28 venture capital Jepang di Tokyo. Kami harus fokus berdasarkan negara dan juga kemampuan investasi global, ada yang national venture capital juga.

Forum Bali Fintech Agenda dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Bali, 8-14 Oktober 2018. (Katadata/Arief Kamaludin)

Kemana arah minat investor Jepang dan Korea ini terhadap startup?

Saat ini orang sedang senang dengan fintech. Saya yakin unicorn berikutnya, kalau tidak fintech ya edutech. Mengapa edutech? Karena 20% dari APBN harus dibelanjakan untuk sektor pendidikan. Atau healthtech (kesehatan) karena 5% dari APBN dibelanjakan untuk kesehatan. Untuk pendidikan Rp 400 triliun, kesehatan Rp 100 triliun lebih, tahun ini atau tahun depan dibelanjakan. Itu angka yang besar.

Apakah akhir tahun ini bisa dipastikan akan ada the Next Unicorn?

Saya berharap tapi saya tidak pastikan. Mengapa? Saya tidak bisa mengontrol bisnis. Peran pemerintah adalah memfasilitasi dan melakukan akselerasi. Saya sih berharap, 2019 Insha Allah minimal lima (unicorn) lah.