Foto: Petani Makmur Tanpa Membakar Hutan

ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Penulis: Arief Kamaludin
8/12/2019, 06.00 WIB

Membuka lahan dengan dibakar dan ladang berpindah-pindah merupakan hal biasa bagi sebagian petani karena sudah menjadi tradisi turun-temurun. Namun hal ini telah lama ditinggalkan oleh para petani di Desa Mengkiang yang berada di aliran Sungai Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Daniel misalnya. Petani 37 tahun asal Dusun Sungai Langer, Desa Mengkiang, ini memiliki lahan seluas 1,3 hektare tanpa melalui pembakaran saat membuka lahan. Di sana ada 11 jenis tanaman pangan dan buah-buahan yang tumbuh subur.

“Untuk mengubah perilaku dari pertanian yang berpindah-pindah, saya harus membujuk warga secara perlahan-lahan,” kata Daniel. “Harapannya, kalau saya bisa mengajak lima kepala keluarga untuk menerapkan praktik pembukaan lahan tanpa bakar, titik api akan berkurang lima hektare per tahun.”

Sama halnya dengan Daniel, Junaedi telah meninggalkan praktik pembakaran ini. Di sawah 0,8 hektare yang berada di kawasan Hutan Tanaman Industri, pria 50 tahun ini berhasil menanam padi organik dengan metode sawah tadah hujan. Gabah kering yang dihasilkan 2,8 hingga tiga ton dalam setiap panen.

Begitu juga dengan Togos Naho, 30, peternak lebah kelulut (Trigona Itama) di Dusun Bahta, Desa Bahta, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat juga menerapkan hal yang sama.

(Baca: Kementerian LHK Kritik Pemda yang Tak Hukum Pembakar Hutan dan Lahan)

Lebah Trigona yang berukur kecil seperti lalat, bersarang di dalam pohon, dan tidak menyengat. Saat ini Togos membudidayakan madu kelulut di dua lokasi, yang tak jauh dari tempat tinggalnya, dengan total 80 unit koloni lebah Trigona.

Panen madu kelulut dapat dilakukan dua kali dalam setahun yakni bulan September-November dan Januari-Maret. Pada April 2019, Togos memanen 600 kilogram madu kelulut yang merupakan masa puncak panen madu. Setiap madu dikemas dalam botol berukuran 150 mililiter dijual seharga Rp 150 ribu.

Keberhasilan Daniel, Junaedi dan Togos membuka lahan tanpa bakar tidak lepas dari peran dan binaan PT Finanntara Intiga, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Kalimantan Barat melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

APP Sinar Mas menjalankan program DMPA dengan mendukung masyarakat untuk mengelola lahan secara metode agroforestri, yakni bercocok tanam tumpang sari hortikultura, tanaman pangan, peternakan dan perikanan, serta industri kecil-menengah untuk olahan pangan. Program di Kalimantan Barat telah memberikan pendampingan terhadap 329 kepala keluarga di 18 desa dengan target tambahan tiga desa hingga akhir 2019.