Perusahaan teknologi asal Jerman, Siemens AG, disebutkan berminat untuk berinvestasi pada proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat menghadiri pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Selasa (21/1).
Bahlil menyatakan bahwa Indonesia masih sangat terbuka dengan berbagai pihak dan negara untuk berpartisipasi dalam pengembangan ibu kota baru. Adapun kontribusi Siemens nantinya akan mengembangkan ibu kota baru dengan konsep smart city.
"Saya menghargai kontribusi Siemens dalam berinvestasi di Indonesia. Dan pemerintah terbuka bila Siemens ingin berpartisipasi di ibu kota baru," ujar Bahlil melalui siaran pers.
Menurut dia, untuk merealisasikan investasi itu nantinya Siemens dan BKPM akan membentuk tim kecil yang akan melakukan kajian-kajian strategis. Meski demikian, belum diketahaui berapa nilai investasi yang akan ditanamkan Siemens. "Saya harap Siemens dapat membentuk tim kecil dengan BKPM untuk merealisasikan perannya di Ibu Kota baru," kata Bahlil.
(Baca: Luhut: Uni Emirat Arab Tertarik Investasi di Ibu Kota Baru dan Aceh)
Chief Executive Officer (CEO) Siemens Cedrik Neike mengatakan bahwa produk Siemens sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sehingga dia optimistis kerja sama ini nantinya akan saling menguntungkan.
Selain itu, Siemens juga memiliki proyek power plant terkait proyek Belt Road Initiative (BRI) mobile power plant 360 MW. Pihaknya juga sudah kerja sama dengan PT PLN (Persero). "Jerman (Siemens) ingin punya kerja sama dengan Indonesia, seperti halnya pernah dengan Vietnam dan Mesir," ujar Cedrik.
Sebelumnya, dalam pertemuan tersebut BKPM telah mengantongi investasi dari perusahaan asal Jepang, Mitsubishi Chemical sebesar US$ 150 juta atau setara Rp 2,1 triliun. Rencananya investasi itu akan digunakan untuk perluasan investasi pabrik baru di Cilegon, Banten, dengan insentif berupa libur pajak (tax holiday).
Adapun tahun ini BKPM menentukan target realisasi investasi sebesar Rp 886 triliun. Target tersebut dapat membantu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5%.
(Baca: Jokowi Pastikan Pemerintah Tak Akan Utang untuk Bangun Ibu Kota Baru)