Bank Indonesia optimistis kinerja ekspor dapat tumbuh 2,3% hingga 2,7% pada tahun ini. Tahun lalu, ekspor tercatat anjlok 7,2% dari US$ 180,6 miliar pada 2018 menjadi US$ 167,53 miliar.
"Ada dua faktor yakni pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan harga komoditas yang lebih baik. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari sisi ekspor," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/1).
Ia menjelaskan, ekspor tahun lalu turun akibat pertumbuhan ekonomi global yang anjlok dari 3,6% pada 2018 menjadi 2,9%. Namun, BI memproyeksi ekonomi global tahun ini akan tumbuh sebesar 3,2%.
(Baca: Antisipasi Virus Corona, Pemerintah Perketat Impor Pangan)
Volume perdagangan global juga diperkirakan akan meningkat sebesar 0,3%, membaik dibanding tahun lalu yang turun 0,2%.
Adapun salah satu faktor yang mendorong perekonomian global adalah kesepakatan dagang tahap I antara AS dan Tiongkok. Dengan proyeksi ekonomi global yang meningkat, ekspor diharapkan dapat tumbuh.
Seiring perbaikan ekonomi global, harga komoditas global juga diperkirakan membaik dan diharapkan mampu mendorong ekspor. Pada Januari 2020, harga komoditas diperkirakan tumbuh 2,1%, lebih tinggi dari indeks harga komoditas di awal tahun lalu yang turun 3%.
(Baca: Gubernur BI Percaya Keperkasaan Rupiah Tak akan Rugikan Eksportir)
Secara perinci, perkiraan kenaikan harga terjadi pada komoditas minyak kelapa sawit mentah atau CPO sebesar 17% dan nikel sebesar 12%. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas alumunium, kopi, dan sebagainya.
"Sementara yang lain masih negatif, tapi kalau dibandingkan dengan penurunan 2019, penurunan pada 2020 lebih rendah," ujarnya.