Asosiasi Tekstil: Wabah Corona Jadi Momentum Industri untuk Mandiri

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi industri tekstil. Wabah virus corona bisa menjadi momentum buat industri tekstil untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.
11/2/2020, 14.58 WIB

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut disetopnya impor tekstil dari Tiongkok akibat wabah virus corona dapat menjadi momentum bagi industri tekstil agar mandiri dan tak bergantung pada bahan baku impor.

Sekertaris Eksekutif API Rizal Tanzil Rakhman mengatakan ketergantungan industri tekstil Indonesia terhadap bahan baku dari Tiongkok sangat tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan agar industri tekstil dapat berdiri di atas kaki sendiri.

"Harusnya mungkin kita bisa ambil ini untuk berdikari beberapa bahan yang bisa diproduksi dalam negeri atau subtitusi impor harusnya lebih ditingkatkan," kata dia saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (11/2).

Merebaknya virus mematikan tersebut membuat jalur distribusi logistik industri tekstil terhambat sejak awal tahun hingga Senin 10 Februari 2020. Hal ini seiring dengan kebijakan Tiongkok yang memperpanjang waktu libur tahun baru Imlek selama 10 hari.

(Baca: Corona Hantam Industri Tekstil Kamboja & Hambat Pasokan Bahan Baku)

Libur yang diperpanjang tersebut menghambat distribusi bahan baku dan komponen industri lainnya lantaran aktivitas di pabrik di Tiongkok baru dimulai kembali kemarin. 

Kendati demikian, API masih menghitung berapa kerugian yang ditimbulkan akibat terhambatnya rantai pasok bahan baku. "Angkanya sebesar apa saya harus lihat dulu. Selama disetop berarti kan tidak ada bahan ke kita," kata dia.

Lebih lanjut, Rizal menjelaskan untuk mengatasi kendala tersebut beberapa industri mengganti impor bahan baku dari negara-negara yang dipastikan aman dari wabah tersebut, atau dari negara yang masih dibolehkan impor bahan baku. Namun, kemungkinan impor baru akan dilakukan pada dua hingga tiga bulan ke depan lantaran stok bahan baku masih mencukupi.

Sementara itu, pemerintah memastikan tak akan membatasi kegiatan kargo logistik melalui laut dan udara dari maupun ke Tiongkok. Namun, pengiriman kargo ditangani secara khusus guna mencegah penyebaran virus corona.  

(Baca: Menko Airlangga: Virus Corona Ganggu Industri Farmasi & Pariwisata)

Kepala Staf Presiden Moeldoko menjelaskan perdagangan luar negeri antara Indonesia dan Tiongkok berjalan dengan normal. Tak terjadi penurunan ekspor maupun impor.

Barang-barang yang diimpor dari Tiongkok selain hewan hidup dipastikan aman lantaran virus corona hanya dapat menular melalui kontak langsung. Virus corona juga diperkirakan hanya mampu bertahan hidup di media terbuka selama 12 - 24 jam sehingga risiko penyebaran melalui benda mati sangat kecil.

"Tidak ada penurunan impor dan ekspor.  Semua masih berjalan dengan baik," kata dia di kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/2).

Adapun jumlah korban meninggal dunia akibat virus corona mencapai 1.016 di Tiongkok dan 42.628 lainnya positif terinfeksi. Jumlah ini melebihi SARS dengan 774 korban meninggal dan 8.100 terinfeksi pada 2002-2003. .

(Baca: Korban Meninggal Akibat Virus Corona Capai 1.016 di Tiongkok)

Reporter: Tri Kurnia Yunianto