Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei konsumen bulan Maret 2020, yang bertujuan mengetahui keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian pada 6 bulan mendatang.
Hasil survei menunjukkan, rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi selama bulan Maret 2020 sebesar 69%, turun dibandingkan bulan Februari 2020, yang sebesar 69,2%. Sejalan dengan proporsi konsumsi, rata-rata rasio pembayaran cicilan atau utang juga turun, menjadi 12,3% dari sebelumnya dari 12,8%.
"Di sisi lain, rata- rata proporsi pendapatan konsumen yang disimpan meningkat dari 18,1% menjadi 18,6%," tulis BI dalam Laporan Survei Konsumen, dikutip Senin (6/4).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, turunnya porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1-Rp 3 juta per bulan dan kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan.
Sementara, peningkatan rasio pendapatan yang disimpan terjadi pada seluruh kategori pengeluaran responden. Tertinggi pada responden kelompok pengeluaran Rp 2,1-Rp 3 juta per bulan.
Dalam survei tersebut, disebutkan bahwa konsumen memperkirakan permintaan barang konsumsi tiga bulan mendatang atau pada Juni 2020 tidak mengalami perubahan. Konsumsi Juni 2020 diperkirakan masih dipengaruhi Hari Raya Idul Fitri bulan sebelumnya.
(Baca: BI Ramal Inflasi April 0,2%, Ditopang Kenaikan Harga Emas dan Bawang)
"Hal ini terlihat dari indeks prakiraan konsumsi rumah tangga Juni 2020 yang sebesar 165,5, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya," tulis BI dalam laporan survei.
Responden rumah tangga juga memperkirakan enam bulan mendatang atau September 2020, jumlah tabungan dan jumlah utang akan turun, karena meningkatnya jumlah cicilan yang dibayarkan. Hal ini tercermin dari penurunan indeks prakiraan jumlah tabungan dan indeks prakiraan jumlah utang, masing-masing menjadi 112,3 dan 160,2.
Survei BI juga menunjukkan, pada Maret 2020 tabungan atau deposito masih menjadi preferensi utama penempatan kelebihan pendapatan dalam 12 bulan mendatang. Diikuti oleh instrumen investasi dalam bentuk emas dan perhiasan.
Meski tabungan dan deposito menjadi preferensi utama, persentase responden yang berencana menempatkan kelebihan pendapatan di dua instrumen ini turun, menjadi 46,2% dari sebelumnya 46,9%.
Demikian pula dengan rencana penempatan pada instrumen properti dan emas, juga mengalami penurunan persentase responden, menjadi 19,6% dari sebelumnya 20,2%.
Untuk sektor properti, hasil survei menunjukkan jumlah responden yang menyatakan sangat mungkin untuk membeli atau membangun rumah dalam 12 bulan mendatang turun dari 6,3% menjadi 6,2%.
Sementara, jumlah responden yang menyatakan adanya kemungkinan membeli atau membangun rumah dalam 12 bulan mendatang juga turun dari 28,8% menjadi 26,6%.
(Baca: Gubernur BI Jaga Pertumbuhan Ekonomi Tak di Bawah 2,3% akibat Corona)